Seharusnya tahun ajaran baru ini 'masa panen', namun kini 'gagal panen
Jakarta (ANTARA) - Para pengelola dan penyelenggara pendidikan mengungkapkan bahwa pandemi COVID-19 telah membuat bisnis bidang pendidikan di Tanah Air terpuruk.

Sekolah Stella Maris (Stella Maris International School),  PT Stella Maris International dan penyelenggara bimbingan belajar Ghanesa Group mengungkapkan pandemi COVID-19 berdampak buruk terhadap bisnis pendidikan.

"Selama ini kita tahu, kalau pendidikan itu trennya akan selalu naik. Tapi baru kali ini, dalam 25 tahun bisnis pendidikan masuk dalam krisis," ujar Chief Financial Officer PT Stella Maris International, Pierre Sanjaya dalam konferensi pers Satgas Penanganan COVID-19 di Graha BNPB Jakarta, Selasa.

Baca juga: Kemendikbud ajak siswa berkegiatan dengan aman selama pandemi

Pierre menjelaskan ada beberapa aspek yang menyebabkan sektor pendidikan juga terpuruk selama pandemi, mulai dari orang tua, murid, guru, hingga perangkatnya.

Bagi orang tua, pandemi COVID-19 membuat orang tua menyediakan ruang dan waktu khusus untuk membimbing anaknya belajar. Sementara untuk guru, harus belajar ekstra dan tidak semua guru siap dengan fasilitas pembelajaran di rumah.

"Sedangkan untuk murid, mereka lebih senang belajar di sekolah karena bisa bertemu teman dan ada waktu untuk istirahat maupun olahraga," tambah dia.

Baca juga: Kemendikbud : "Ijon" siswa SMK selaras dengan "pernikahan massal"

Dia mengapresiasi pemerintah yang memberikan subsidi kuota internet kepada guru dan siswa. Sebelumnya, ketersediaan kuota internet menjadi kendala dalam pendidikan jarak jauh.

Dalam menghadapi pandemi, penyelenggara sekolah dengan kurikulum nasional dan internasional itu berinovasi dengan membuat inovasi seperti membuat platform yang membantu pembelajaran.

Baca juga: Ketua DPD RI La Nyalla ingatkan pentingnya pendidikan akhlak dan adab

Sementara itu Direktur Utama Ghanesa Group, Bayu Rheksa Nugraha mengatakan pendapatan mereka berkurang hingga 90 persen akibat pandemi COVID-19.

"Seharusnya tahun ajaran baru ini 'masa panen', namun kini 'gagal panen', karena sekolah juga ditutup dan pembelajaran dilakukan di rumah," kata Bayu.

Mengatasi hal itu, pihaknya berinovasi dengan meluncurkan program baru dengan menyasar masyarakat umum dan tidak lagi berorientasi pada siswa. Pihaknya menyediakan kompetensi yang dibutuhkan masyarakat terutama pada masa pandemi COVID-19.

Baca juga: Kemendikbud umumkan klasterisasi perguruan tinggi

Pewarta: Indriani
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2020