Banda Aceh (ANTARA News) - Pakar konservasi hutan dari Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), Prof Dr Ir Yuswar Yunus, MP mengingatkan aparat lembaga terkait di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) agar mereka jangan arogan dalam menangani hewan langka. "Sikap arogan yang sering dipertontonkan sebagian oknum dalam penanganan satwa liar dilindungi itu dapat merusak citra daerah, sehingga ke depan dalam setiap kebijakan yang dilakukan harus ada koordinasi agar tidak ada yang merasa dirugikan," katanya di Banda Aceh, Sabtu. Pernyataan itu disampaikan menanggapi adanya sebagian oknum yang bertindak sendiri dalam menangani hewan langka beberapa waktu lalu, sehingga menimbulkan reaksi keras dari pengamat dan pecinta lingkungan di provinsi ujung paling barat Indonesia itu. Yuswar yang juga Direktur Program Yayasan Leuser Internasional (YLI) itu menyebut contoh kebijakan Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) NAD yang membawa keluar (hijrah) lima harimau Aceh untuk dilepas di hutan Lampung sebagai bukti arogansi mereka. Pelepasan harimau asal Aceh yang pernah konflik dengan manusia ke Lampung dapat memunculkan beragam pendapatan, terutama terkait dengan kondisi habitat hewan langka tersebut seolah-olah hutan di daerah ini semakin terancam keselamatan satwa ini. "Yang perlu diketahui, hutan Leuser yang luasnya 2,6 juta hektar masih cukup baik untuk habitat satwa liar di lindungi, baik harimau maupun gajah," katanya. Hutan Leuser masih cukup baik dan hingga saat ini masih merupakan dunianya hewan-hewan langka yang fenomenal sebagai hutan primer alami karena mendapat dukungan peratawan Uni Eropah lewat Bank Dunia melalui Proyek Lingkungan dan Hutan Aceh (Aceh Forest Emviromment Project) ditangani Leuser International Fundation (LIF). Sedangkan hutan Ulu Masen (bahagian dari areal Taman Nasional Gunung Leuser-TNGL) yang luasnya 743.000 hektar juga berada di Aceh, ditangani Yayasan Flora Fauna International (FFI) dengan sumber dana yang sama dibawah pimpinan seorang warga Belanda. "LIF dan FFI tidak hanya merawat hutan yang menjadi paru-paru dunia, tetapi juga membantu untuk melindungi hewan-hewan yang langka, seperti harimau Sumatera, badak Sumatera, Orangutan, Beruang, Gajah, Rusa dan buaya," katanya. Bukan itu saja, LIF dan FFI juga ikut membantu memberi makan harimau yang ditangkap Pawang Uteun (hutan) dan masyarakat serta anggota LIF bersama LSM "Rimueng Lamkalot" di kabupaten Aceh Selatan, turut memfasilitasi untuk penagkapan harimau-harimau yang konflik dengan manusia. Sebagai contoh disebutkan, bantuan itu diberikan dalam penyedaiaan perangkap atau biaya yang dibutuhkan untuk penangkapan serta membantu biaya pengobatan bagi mereka terkena musibah.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009