Yen adalah mata uang yang menarik, saya tidak melihat alasan untuk menjualnya
Singapura (ANTARA) - Dolar bertahan di kenaikan akhir pekan lalu pada Senin pagi, sementara yen dan yuan masing-masing naik tipis di perdagangan Asia, ketika investor menunggu banyak pembicara Federal Reserve AS minggu ini dan keputusan tentang dimasukkannya obligasi pemerintah China dalam indeks global.

Pembelian obligasi China oleh orang asing telah membantu mendorong yuan naik lebih dari satu persen bulan ini dan merangkak kembali ke tertinggi 16 bulan yang dicapai minggu lalu di awal perdagangan luar negeri, menguat 0,2 persen menjadi 6,7648 per dolar.

Pencantuman obligasi China dalam FTSE Russell World Government Bond Index kemungkinan akan meningkatkan arus masuk dan mendukung mata uang. Keputusan dari FTSE Russell akan mulai efektif pada Kamis (24/9/2020).

"Orang-orang mencoba untuk melangkah lebih dulu," kata analis mata uang Commonwealth Bank of Australia Joe Capurso.

Suku bunga pinjaman acuan China juga akan ditetapkan pada pukul 01.00 GMT (08.00 WIB) dan diperkirakan akan tetap stabil selama lima bulan berturut-turut.

Pergerakan mata uang lainnya moderat dan volumenya ringan karena hari libur umum di Jepang.

Terhadap sekeranjang mata uang, dolar stabil di 92.943, kira-kira di tengah kisaran yang telah dipertahankan selama sekitar dua bulan.

Euro sedikit lebih tinggi di 1,1847 dolar dan pound menguat menjadi 1,2933 dolar, meskipun kegelisahan tentang meningkatnya kasus virus corona di Eropa dan gejolak Brexit terus membatasi kenaikan.

Negara-negara Eropa dari Denmark hingga Yunani mengumumkan pembatasan baru pekan lalu untuk mengekang lonjakan infeksi, sementara Inggris dilaporkan sedang mempertimbangkan penguncian nasional baru.

Yen, yang memiliki minggu terbaik sejak Juni minggu lalu, naik tipis 0,07 persen menjadi 104,50 per dolar.

Itu tidak jauh dari tertinggi tujuh minggu di 104,27 yang dicapai pada Jumat (18/9/2020), yang terjadi karena ketidakpastian atas segala hal, mulai dari pemilihan AS hingga pemulihan ekonomi global membuat investor mencari tempat aman, dan karena imbal hasil riil di AS jatuh.

Ketua Fed Jerome Powell akan tampil di depan komite Kongres pekan ini, sementara anggota komite Fed Charles Evans, Raphael Bostic, Lael Brainard, James Bullard, Mary Daly dan John Williams juga akan memberikan pidato umum.

Pendapat mereka tentang bagaimana Fed harus menangani pendekatan yang lebih akomodatif terhadap inflasi dapat mendorong penguatan yen lebih lanjut jika mereka menyiratkan pengaturan kebijakan moneter yang lebih longgar.

"Yen adalah mata uang yang menarik, saya tidak melihat alasan untuk menjualnya," kata Chris Weston, kepala penelitian di pialang Melbourne Pepperstone, mencatat bahwa imbal hasil riil di Jepang positif.

"Ini membuat yen sangat menarik, terutama terhadap pound dan dolar, di mana kurs riil tidak hanya negatif tetapi dalam kasus The Fed, mereka secara aktif mencari suku bunga yang lebih rendah."

Di tempat lain, dolar Selandia Baru datar di 0,6762 dolar, tertinggal dari kenaikan 0,2 persen pada dolar Australia menjadi 0,7301 dolar AS menjelang pertemuan penetapan suku bunga bank sentral Selandia Baru (RBNZ) pekan ini.

Tidak ada perubahan kebijakan yang diharapkan pada pertemuan RBNZ pada Rabu (23/9/2020), tetapi mengisyaratkan suku bunga negatif, atau penyesuaian pada program pembelian obligasi, pembelian aset skala besar (LSAP) bank dapat mendorong volatilitas pada mata uang kiwi.

"Kami tidak memperkirakan adanya perubahan pada kebijakan, tetapi nadanya akan dovish dan mereka mungkin menandakan niat untuk lebih melenturkan laju LSAP guna membantu meratakan kurva, yang akan mengurangi tekanan pada kiwi," kata analis ANZ dalam catatan pada Senin.

Baca juga: Dolar AS merosot lagi, jatuh terhadap yen lima hari berturut-turut
Baca juga: Dolar jatuh, tertekan ketidakpastian prospek ekonomi AS

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2020