Surabaya (ANTARA News) - Hubungan perdagangan antara Indonesia dan negara-negara di kawasan Amerika Latin akan ditingkatkan, kata
Direktur Kerja Sama Bilateral I Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan, Harmen Sembiring, di Surabaya, Kamis.

Dia mengatakan, negara-negara di kawasan Amerika Latin itu masih potensial jadi tujuan ekspor produk-produk nonmigas Indonesia.

Menurut dia, selain jumlah penduduk di negara kawasan itu cukup padat, yakni mencapai sekitar 530 juta jiwa, pendapatan per kapita negara tersebut cukup tinggi, mencapai 4.000 dolar AS per tahun.

"Sarana-prasarana perdagangan juga cukup memadai serta hubungan Indonesia dengan negara-negara di kawasan itu pun cukup baik," katanya di sela-sela rapat koordinasi peningkatan kerja sama bilateral Indonesia-Amerika Tengah dan Selatan.

Hanya saja tantangannya, soal jarak dan perbedaan waktu serta perbedaan sistem pembayaran.

Selain itu perbedaan bahasa juga menjadi kendala. Negara-negara di kawasan itu umumnya menggunakan bahasa Spanyol, kecuali Brazil yang menggunakan bahasa Portugis dan Jamaika yang menggunakan bahasa Inggris.

Harmen menyebutkan, lalu lintas ekspor-impor RI dengan Amerika Latin umumnya masih melalui negara-negara ketiga, seperti Singapura, Hong Kong, dan Amerika Serikat.

"Agar program tersebut berjalan dengan baik, kami mengeluarkan kebijakan di sektor perdagangan, di antaranya mendorong ekspor nonmigas dan meningkatkan daya saing global produk-produk ekspor," katanya.

Selain itu, pihaknya juga akan meningkatkan ekspor ke pasar nontradisional, meningkatkan diplomasi perdagangan ke negara-negara mitra utama dan mitra baru.

Data Kementerian Perdagangan menyebutkan, neraca perdagangan Indonesia dengan Amerika Tengah dan Amerika Selatan mulai Januari hingga November 2009 masih kurang baik.

Ekspor Indonesia ke Brazil sebesar 760,8 juta dolar AS, sedangkan impor 1,007 miliar dolar AS sehingga Indonesia masih defisit 246 juta dolar AS.

Sementara itu, nilai ekspor Indonesia ke Argentina tercatat 144,8 juta dolar AS dan impornya 647,7 juta dolar AS.

Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur Bidang Jasa Perdagangan, Isdarmawan Asrikan, menambahkan, perkembangan ekspor-impor Jawa Timur dari tahun ke tahun masih cukup menggembirakan karena Jatim mempunyai beberapa kawasan industri, seperti SIER di Surabaya dan PIER di Pasuruan yang mampu memproduksi barang-barang nonmigas untuk diekspor.

Komoditas ekspor tersebut, antara lain pengolahan tembaga dan timah, bubur kertas dan kertas, pengolahan kayu, besi baja dan mesin otomotif, kimia dasar, makanan dan minuman, tekstil, peralatan listrik, pengolahan kelapa sawit, dan kulit, serta alas kaki.

Negara-negara tujuan ekspor komoditas nonmigas Jatim, di antaranya Jepang, Malaysia, Amerika Serikat, China, Thailand, Singapura, Taiwan, Korea Selatan, Australia, dan Vietnam.

Perkembangan ekspor nonmigas Jatim berdasarkan kawasan, yakni Australia-Oceania sekitar 4,22 persen, Eropa 7,57 persen, Afrika 2,69 persen, Amerika 12,86 persen, dan yang paling besar ke kawasan Asia 72,66 persen.

Akan tetapi Jawa Timur juga masih memerlukan impor komoditas nonmigas, di antaranya besi baja, mesin-mesin dan otomotif, kimia dasar, pakan ternak, makanan dan minuman, bubur kertas dan kertas, tekstil, pupuk, barang-barang kimia lainnya, elektronika, dan suku cadang peralatan listrik.

Sementara negara-negara asal impor Jatim adalah China, Amerika Serikat, Brazil, Jerman, Australia, Singapura, Jepang, India, Argentina, dan Thailand.(T.M038/R009)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010