Jakarta (ANTARA) - Peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof. dr. Adi Utarini menilai perlu ada yang menjembantani ilmuwan atau akademisi dengan pengambil keputusan dan masyarakat agar solusi yang ditawarkan dunia sains bisa diaplikasikan dengan baik.

"Kita juga bisa memahami bahwa pengambilan keputusan tidak hanya didasarkan oleh satu bukti ilmiah ada banyak aspek yang perlu kita cermati, tapi juga mungkin platform untuk sama-sama mendekat ini yang kita perlukan," kata Prof. dr. Adi Utarini, dalam diskusi virtual yang diadakan oleh The Conversatiaon tentang pentingnya komunikasi sains, dipantau dari Jakarta, Kamis.

Guru Besar Ilmu Kesehatan Masyarakat itu memberi contoh bagaimana peran penelitian yang dipimpinnya dalam pemusnahan demam berdarah dengue (DBD) dengan nyamuk yang diinfeksi bakteri wolbachia di Yogyakarta.

Baca juga: Guru besar UGM ingatkan pentingnya komunikasi sains untuk ilmuwan

Menurut dia, pendekatan yang selama ini dilakukan di Indonesia untuk mencegah demam berdarah adalah dengan memusnahkan jentik nyamuk penyebab penyakit itu. Tapi penelitian yang dia lakukan bersama timnya menemukan bahwa ada cara lain yaitu memakai nyamuk lain yang bisa menghambat virus DBD.

Akhirnya sebelum melepaskan nyamuk itu, timnya berusaha mengerti persepsi masyarakat tentang DBD dan nyamuk secara umum. Dari situ, dia mendapatkan kesimpulan dengan menyosialisasikan bahwa DBD tidak hanya tentang nyamuk tapi virus yang berada di tubuh hewan tersebut.

"Saya kira sebagai ilmuwan mungkin yang kita kurang terbuka adalah kita tidak hanya mengadvokasi atau mencoba menyebarluaskan hasil kita sendiri, tapi mungkin bisa saling berusaha memahami," kata dia.

Baca juga: Pakar dorong komunikasi efektif ilmuwan-pemerintah atasi COVID-19

Terkait solusi dari ilmuwan yang menarik perhatian pengambil keputusan, Wakil Menteri Agraria dan Tata Ruang/Wakil Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Surya Tjandra mengatakan ilmuwan perlu mengidentifikasi solusi yang dapat langsung terasa untuk pejabat politik dengan waktu kepemimpinan terbatas.

Selain itu peneliti juga bisa memberikan solusi jangka panjang untuk birokrasi yang sistemnya akan berlanjut terus. Tidak hanya itu, ilmuwan mungkin juga perlu mempertimbangkan sisi permasalahan anggaran yang efisien.

Surya juga mengatakan ilmuwan bisa mengangkat isu ke publik agar pengambil keputusan dapat mempertimbangkannya.

"Politik itu mendengarkan segalanya, banyak masukan tidak hanya dari peneliti, mungkin bisa membuat kampanye supaya bisa menjadi perhatian politik," kata mantan akademisi di Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Jakarta itu.

Baca juga: Pentingnya budaya dalam komunikasi dipaparkan ilmuwan Filipina




 

Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2020