Ankara (ANTARA) - Sebanyak 40 persen warga Korea Selatan mengalami masalah kesehatan mental akibat pembatasan COVID-19, menurut survei pada Rabu.

Empat dari 10 warga di Ibu kota Seoul meyakini bahwa kesehatan mental mereka merosot akibat wabah virus corona di negara tersebut, Kantor Berita Yonhap melaporkan.

Dari 3.983 responden survei, yang dilakukan Pemerintah Metropolitan Seoul selama periode Juli - Agustus, 40 persen atau setara 1.489 responden mengaku bahwa kesehatan mental mereka memburuk semenjak virus corona mewabah.

Sementara 60 persen sisanya mengatakan hanya terjadi sedikit perubahan dalam kesehatan mental mereka.

Pembenaran yang mengutip efek negatif ini adalah kejatuhan ekonomi, berkurangnya kehidupan santai akibat jaga jarak sosial, berkurangnya aktivitas di luar rumah, 'ketidaknyamanan penggunaan masker serta putusnya hubungan antar keluarga dan teman.

Sekitar 51 persen responden mengatakan aturan jaga jarak sosial sangat diperlukan dan sedikit membuat ketidaknyamanan.

Namun, 41 persen responden mengaku meskipun langkah-langkah kesehatan diharuskan, hal itu tetap mengganggu.

Sementara itu, lebih dari 24 persen responden meyakini bahwa kerugian ekonomi mempengaruhi kehidupan mereka.

Sebelumnya otoritas Seoul dan daerah sekitarnya menerapkan penguncian ketat, melarang pertemuan dan demonstrasi di atas 10 orang setelah kasus baru di metropolitan meningkat.

Korsel melaporkan 113 kasus tambahan COVID-19 dan enam kematian baru dalam sehari, sehingga menambah total menjadi 23.812 kasus, menurut Badan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Korea.

Sementara jumlah kumulatif kematian COVID-19 mencapai 413 dengan 21.590 kasus sembuh.

Sumber: Anadolu
Baca juga: Kasus melonjak, dokter Korsel diperkirakan akan hentikan pemogokan
Baca juga: Masih ada COVID-19, Korsel seru warga pertimbangkan libur musim panas
Baca juga: Wabah virus corona ancam ibu kota Korea Selatan

Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2020