LKAAM: Ninik Mamak Minang Harusnya Diakui Negara

Padang (ANTARA News) - Sekretaris Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM), M Sayuti Dt Rajo Panghulu mengatakan, eksistensi ninik mamak di Ranah Minang mestinya diakui negara.

"Ninik mamak itu merupakan kehormatan dalam nagari. Mereka berjuang menegakkan kebenaran. Namun di lapangan, ada ninik mamak ditahan polisi ketika menegakkan kebenaran," kata M Sayuti, saat pengukuhan gelar adat 47 pangulu/datuk di Nagari Guguak Tabek Sarojo, Kecamatan IV Koto, Kabupaten Agam, Sumbar, Sabtu.

Di antara 47 datuk/pangulu yang dikukuhkan, yakni Menteri Komunikasi dan Informatika, Tifatul Sembiring, yang resmi bergelar Datuak Tumangguang dari suku Koto, dan Ketua DPD Irman Gusman yang bergelar Datuak Rajo Nan Labiah dari suku Pisang.

Dia mengungkapkan, ada ninik mamak di salah satu nagari di Sumbar ditahan polisi karena ingin menegakkan kebenaran, menerapkan hukum adat di nagari.

Kasus itu bermula karena adanya muda-mudi yang sering berdua-duan. Para ninik mamak lalu bermusyawarah, dan memutuskan mengusir anak kemenakan yang berdua-duaan itu dari nagari.

Oleh pihak muda-mudi tersebut, ninik mamak diadukan ke polisi dengan tuduhan perbuatan tidak menyenangkan. "Ninik mamak itu lalu ditahan sehari semalam oleh polisi," kata M Sayuti.

Untuk itu, dia minta kepada kapolda dan kepala kejaksaan tinggi tidak menahan ninik mamak yang menegakkan kebenaran, karena ninik mamak merupakan kehormatan dalam nagari.

Kepada Ketua DPD Irman Gusman, M Sayuti mengusulkan agar memperjuangkan Sumbar mendapatkan otonomi khusus, agar eksistensi nilai-nilai adat dan peran ninik mamak dapat dipertahankan.

Prosesi pengukuhan 47 pangulu/datuk itu berlangsung meriah dan dihadiri ribuan orang warga Agam baik yang ada di kampung maupun dari rantau.

Tampak hadir sesepuh Minang, Ir.H.Azwar Anas, Gubernur Sumbar Marlis Rahman, Konsul Jendral Amerika Serikat di Medan, Stanley Harsha, anggota DPR Irwan Prayitno, Refrizal, Tanri Abeng, Direktur Utama PT Telkom Rinaldi Firmansyah, Direktur Utama PT Semen Padang, Endang Irzal, dan wali kota/bupati se-Sumbar. (O003/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2010

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE

Komentar

  1. pada saat ini keberadaan pangulu limo suku yg berada dibawah naungan kerapatan adat nagari batagak hanya sebagai batu penarung terhadap generasi muda dalam menghadapi kemajuan zaman yg serba moderen.sedangkan kemoderenan tersebut harus dilalui dan diterima oleh generasi muda demi tercapainya cita-cita(EKONOMI,BUDAYA,ADAT DAN SEBAGAINYA). tapi itu semuanya dilarang oleh ketentuan-ketentuan adat salingka nagari batagak yg dilahirkan oleh pangulu limo suku nagari batagak.justru pangulu limo suku nagari batagak,tidak mengerti dengan ADAIK NAN DUO TAJADI.partamo koto piliang adaik datuak katumangguangan asa nan dari rajo.kaduo budi caniago adaik datuak parapatiah nan sabatang asa nan dari indo jati.mestinya pangulu limo suku nagari batagak mempelajari adaik nan duo tersebut diatas sebelum mengambil keputusan untuk menghukum anak nagari yg melakukan pelanggaran adat.tapi semua itu tidak mereka lakukan.menurut sepengetauan saya selaku anak nagari batagak.pangulu limo suku nagari batagak setiap mengambil keputusan adat untuk menghukum anak nagari batagak yg melakukan pelangaran adat salingka nagari,mereka selalu memakai hukum adaik ADAIK ISTIADAIK(adaik jahiliah) dengan adanya ketimpangan hukum adat salingka nagari antara pangulu limo suku yg bernaung kerapatan adat nagari batagak dengan anak nagarinya sendiri.dengan ini saya memohon kepada lembaga LKAAM propinsi sumbar dan LKAAM kabupaten agam untuk memberi petunjuk kepada pangulu limo suku nagari batagak kecamatan sungai pua kab agam tentang adat nan duo tersebut diatas karena selama ini pangulu limo suku nagari batagak tidak mau belajar tentang adat nagarinya sendiri (apalagi diajarkan) mereka menganggab dirinya diatas segalanya
    Oleh: Anwarujang St Rj Endah