batik harus dijadikan sebagai branding bangsa dan dalam waktu bersamaan batik juga menjadi bagian dari diplomasi budaya.
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI mengajak semua pihak untuk terus menyosialisasikan, menghayati dan melestarikan batik sebagai branding bangsa yang telah diakui Unesco sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan nonbendawi.

"Saya mengajak semua teman ayo batik kita hayati dan sosialisasikan kepada masyarakat dan dunia internasional," kata Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Kemendikbud RI Restu Gunawan saat diskusi virtual dalam rangka peringatan Hari Batik Nasional yang dipantau di Jakarta, Jumat.

Kemendikbud, ujar dia, juga terus berupa mengedukasi, menyosialisasikan batik sebagai warisan bangsa. Salah satunya melalui pengenaan seragam bagi anak sekolah.
Baca juga: Branding batik di kendaraan dinas Pamekasan menginspirasi pusat

Bahkan, di tengah situasi pandemi COVID-19 anak-anak sekolah masih tetap menggunakan batik selama proses pembelajaran jarak jauh.

Secara umum, batik harus dijadikan sebagai branding bangsa dan dalam waktu bersamaan batik juga menjadi bagian dari diplomasi budaya.

Oleh karena itu, ia berharap pada pertemuan-pertemuan besar baik dalam maupun luar negeri para petinggi negara hendaknya menggunakan batik dan tidak selalu mengenakan jas.

"Ini penting kita lakukan, apalagi Unesco sudah mengakui batik sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan nonbendawi," katanya.
Baca juga: Rerie: Jadikan Hari Batik Nasional momentum kebangkitan produk lokal

Sementara itu, Ketua Dewan Pembina Yayasan Tjanting Batik Nusantara Pheo M. Hutabarat mengatakan yayasan tersebut terus berusaha mengenalkan batik sebagai warisan anak bangsa melalui Kuklik Batik: Sentra Pasar Batik Digital Indonesia.

Sebagai wujud nyata dalam memberikan solusi atas keterbatasan pemasaran kain batik, maka Yayasan Tjanting Batik Nusantara dengan sejumlah pihak meluncurkan Kuklik Batik.

Secara etimologi, kata batik berasal dari Bahasa Jawa dengan dua suku kata yakni "amba" dan "tik" aatau "nitik". Amba berarti menulis, lebar atau luas dan tik atau nitik berarti titik.
Baca juga: Batik mengandung nilai budaya yang tidak dimiliki bangsa lain

Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2020