Jakarta (ANTARA News) - Rohaniawan dan pekerja sosial Romo Sandyawan Sumardi SJ mengatakan, istilah "anak jalanan" layak diganti karena istilah tersebut dinilai terlalu sempit dan tidak memperhatikan bagi anak-anak lain yang tidak hidup di jalan tapi tertindas haknya.

"Istilah anak jalanan terlalu sempit, seakan-akan hanya untuk mereka yang hidup di jalanan," kata Romo Sandy dalam diskusi tentang anak jalanan di Jakarta, Kamis.

Ia menegaskan, terdapat juga sekelompok anak-anak yang tidak hidup di jalan tetapi juga memiliki kehidupan yang memprihatinkan seperti buruh anak dan juga anak-anak pemulung seperti di daerah TPA Bantar Gebang.

Sandy mengusulkan istilah "anak pinggiran" yang berarti sebagai anak-anak yang dipinggirkan atau tidak mendapat tempat di tengah derasnya laju kehidupan pada masa kini.

"Anak-anak itu tidak mendapat prioritas dari APBN, APBD, dan pihak penyelenggara negara," kata rohaniawan yang kerap dijuluki sebagai "Romo Pemulung" ini.

Menurut dia, sebagian besar dari anak pinggiran merupakan anak jalanan tetapi terdapat pula mereka yang merupakan masih memiliki tempat tinggal.

Akibat dari banyaknya anak pinggiran, lanjutnya, muncul juga sejumlah fenomena seperti "hidden hunger" (kelaparan tersembunyi).

Sandy juga menuturkan, para anak pinggiran juga kerap menjadi korban kekerasan baik yang berupa kekerasan domestik yaitu oleh orang tua mereka, maupun dengan kekerasan yang diterima mereka di jalan oleh orang dewasa lainnya.

Selain itu, menurut dia, terdapat juga anak-anak yang dipinggirkan haknya secara sistematik oleh aparat yang terselubung oleh kebijakan yang dikeluarkan pemerintah.

Berdasarkan ensiklopedia dunia maya Wikipedia, anak jalanan adalah istilah umum yang mengacu pada anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan, namun masih memiliki hubungan dengan keluarganya.

Namun, masih menurut Wikipedia, hingga kini belum ada pengertian anak jalanan yang dapat dijadikan acuan bagi semua pihak.(M040/A024)

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010