Padang (ANTARA) - Gubernur Sumbar Irwan Prayitno meminta "treatment" pasien COVID-19 dengan kategori berat dan memiliki komorbid atau penyakit bawaan ditingkatkan untuk menekan angka kematian serta kenaikan jumlah kesembuhan di daerah itu.

"Semua pemangku kepentingan harus memiliki persepsi yang sama. Menyatukan langkah dalam menangani pasien COVID-19, yang dimulai dari tracking, testing, isolasi dan treatment. Semua pihak harus dapat berkoordinasi dengan baik tanpa saling melempar tanggung jawab," katanya dalam Rapat Koordinasi Penanganan COVID-19 secara virtual dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Direktur RS se-Sumatera Barat di Padang, Senin.

Baca juga: Empat daerah di Sumbar masuk zona merah COVID-19

Saat ini tingkat kematian akibat COVID-19 di Sumbar kurang dari 2 persen dan masih di bawah rata-rata nasional. Sementara tingkat kesembuhan mencapai 51 persen dan diyakini akan terus naik persentasenya.

"Saya yakin, dengan penanganan serius dari tenaga kesehatan, tanpa mendahului Tuhan, angka kematian bakal dapat terus ditekan dan kesembuhan bisa kita tingkatkan," ujarnya.

Karenanya, ia mengharapkan koordinasi terus terjalin, baik itu antara dinas kesehatan dengan rumah sakit, maupun antar-rumah sakit.

"Ciptakan koordinasi intensif, seperti dalam menerima pasien. Masing-masing rumah sakit harus mengerti kemampuannya. RSUD hanya menerima pasien ringan sampai sedang. Sementara RS rujukan COVID-19 menerima pasien sedang hingga berat tanpa komorbid. Pasien berat dengan penyakit bawaan sebaiknya dirujuk ke rumah sakit pusat (M. Djamil) dan rumah sakit lain yang lengkap alat penunjangnya," katanya.

Peran Dinas Kesehatan sangat penting sebagai regulator mobilisasi pasien. Dinas Kesehatan kabupaten/kota dapat mengarahkan RS dalam menentukan rujukan terhadap pasien yang diterima jika dirasa tak mampu untuk menanganinya.

"Jangan ada tolak menolak merawat pasien. Apalagi, jika pasiennya sudah gawat. Keterlambatan penanganan dari pihak keluarga hingga rumah sakit diantara penyebab tingkat kematian tinggi," ujarnya.

Baca juga: Pasien positif COVID-19 di Kota Solok bertambah 7 jadi 162 orang

Melalui aplikasi dan penggunaan IT, Dinas Kesehatan seharusnya mampu mengetahui jumlah kapasitas RS rujukan. Hasil tersebut dikirim ke semua rumah sakit daerah, sehingga keadaan real time ketersedian tempat tidur dapat diketahui.

Begitu juga kebutuhan alat dan tenaga kesehatan. Koordinasi antar-rumah sakit juga diperlukan untuk pemenuhannya.

"Jika ada tenaga kesehatannya yang berlebih atau dirumahkan, coba dikirim ke RS yang membutuhkan. Termasuk alat, kalau ada ventilator tak terpakai, kirimkan ke M. Jamil. Disana sangat membutuhkan. Untuk administrasi, nanti diatur teknisnya," tegas Irwan.

Terakhir, ia mengapresiasi kinerja rumah sakit dan dinas kesehatan selama ini dalam menangani pandemi COVID-19.

"Terima kasih pada semua RS baik pemerintah maupun swasta atas kerja kerasnya selama ini. Begitu juga seluruh tenaga kesehatan. Semoga anda semua selalu dilindungi Allah. Saat ini yang kita perlukan koordinasi maksimal dalam menghadapi pandemi. Mari hilangkan semua ego. Mudah-mudahan wabah ini segera berakhir," katanya.

Baca juga: 382 warga Agam Sumbar sembuh dari COVID-19

Baca juga: Perda "COVID-19" mulai diberlakukan di Sumbar

Pewarta: Miko Elfisha
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020