Jakarta (ANTARA News) - Menyikapi upaya `kriminalisasi gerakan mahasiswa` dan tragedi kekerasan terhadap para insan muda ilmiah di berbagai daerah, Kelompok Cipayung Plus menggelar `Malam Seribu Lilin`, di Kompleks Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat, mulai pukul 21.00 WIB, Sabtu malam.

"Aksi ini sebagai bukti empati sesama mahasiswa atas sikap represif aparat kepolisian kita yang semakin anarkis dalam menghadapi gerakan-gerakan mahasiswa memperjuangkan aspirasi rakyat banyak demi penegakkan kebenaran dan keadilan, termasuk upaya menekan DPR RI dan Pemerintah untuk membongkar `megaskandal` Bank Century (BC)," kata Ketua Umum Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI), Arip Musthopa.

Selain HMI, aksi di malam minggu tersebut juga dihadiri rekan-rekan mereka dari Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), Kristen Indonesia (GMKI), Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Hikmabudi, KMHDI, KAMMI dan PII.

`Ini merupakan wujud solidaritas atas penyerangan dan tindakan represif aparat yang terjadi beberapa hari terakhir ini di Makasssar dan berbagai daerah. Dan tuntutan kami tetap sama seperi hari-hari sebelumnya, yakni ada penegakkan hukum yang jelas, serta penghormatan terhadap rasa keadilan masyarakat," kata Ketua Bidang Media dan Infokom PB HMI, Bambang M Fajar.

Jangan Membenturkan
Rangkaian acara pada `Malam Seribu Lilin`  diawali dengan pembacaan doa, kemudian orasi pimpinan organisasi-organisasi Kelompok Cipayung Plus, menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, ditutup dengan mengelilingi Bundaran HI sembari melagukan nyanyian-nyanyian bernuansa perjuangan.

Aksi mereka mengundang perhatian publik yang melewati jalur MH Thamrin tersebut, malah beberapa di antaranya memberikan apresiasi secara langsung dan spontan.

Para aktivis mahasiswa dan pemuda dari Kelompok Cipayung Plus ini dalam orasinya masing-masing intinya mendesak aparat keamanan serta elite bangsa ini, agar jangan coba-coba membenturkan gerakan-gerakan kemahasiswaan dengan masyarakat.

"Sejarah telah membuktikan, tidak pernah perjuangan mahasiswa itu tak senafas  dengan amanat penderitaan rakyat. Perubahan dan segala gerakan ke-Indonesia-an sejak 1908 adalah tapak-tapak sejarah kaum intelektual dan insan muda ilmiah dalam memajukan bangsa ini bersama-sama rakyat," kata Ketua Komite Advokasi Rakyat Presidium Pusat GMNI, Muhammad Item.

Karena itu, Emmanuel Tular, mantan Ketua Presidium DPP PMKRI mengingatkan kalangan elite, baik di legislatif maupun eksekutif, juga kalangan penegak hukum, agar bertindak lebih pro rakyat, serta tidak mencurigai berbagai aktivitas mahasiswa.

Sementara itu, sebelum aksi itu berlangsung, pimpinan HMI cabang se-Jakarta menggelar Konferensi Pers di markas mereka di kawasan Cilosari, Cikini, Jakpus, terkait tindakan kekerasan yang dialkukan oleh aparat kepolisian terhadap kader HMI.

Dalam konferensi pers itu, Ketua HMI Jakarta Pusat, Hamid, kembali berharap agar para petugas keamanan  terprovokasi aksi anarkis ketimbang mahasiswa maupun elemen masyarakat lainnya saat beraksi unjuk rasa.(M036/A038)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010