Jakarta (ANTARA News) - Gempa bumi berkekuatan 8,8 skala Richter yang mengguncang Maule, Chile, pada 27 Februari lalu, telah menggeser posisi kota itu sepuluh kaki ke barat, demikian The Huffington Post, Selasa.

Perhitungan GPS sebelum dan sesudah gempa bumi kelima terbesar yang direkam seismograf itu menunjukkan ibu kota Santiago bergeser 11 inchi ke barat.

Bahkan Buenos Aires yang terletak 800 mil dari pusat gempa, bergerak satu inchi dari posisi semula.

Analisis ini diperoleh dari sebuah proyek penelitian yang dipimpin oleh geolog Universitas Ohio State, Mike Bevis, dengan menggunakan GPS guna merekam pergerakan lempeng bumi di Chile sejak 1993.

Daerah tersebut menarik para ilmuwan karena merupakan sebuah zona sunduksi aktif di mana lempeng samudera bertumbuk dengan lempeng benua sehingga menyebabkan lapisan bumi bergeser.

Gempa-gempa bumi paling kuat di dunia yang terekam sejak 1990 terjadi di zona subduksi aktif, termasuk gempa terbesar di dunia yang pernah terekam berkekuatan 9,5 skala Richter pada 1960.  Pusat gempa 1960 ini terjadi tidak jauh dari gempa bumi Februari lalu.

Gempa bumi terbesar kedua terjadi di Alaska berkekuatan 9.2 skala Richter, ketiga di Sumatera berkekuatan 9,1 skala Richter pada 2004 yang menciptakan tusnami dan menelan 200.000 nyawag, dan keempat gempa berkekuatan 9 skala Richter terjadi di Semenanjung Kamchatka, Russia.

Tim Bevis berharap bisa menambah stasiun GPS menjadi 50 unit dari yang sekarang ada, 25 buah, untuk mengukur pergerakan dan perubahan bentuk kerak bumi yang akan berlanjut sampai beberapa tahun ke depan.

"Gempa bumi Maule boleh dibilang salah satu gempa bumi terbesar, jika bukan yang terbesar yang pernah diteliti," kata  ilmuwan proyek itu, Ben Brooks dari Universitas Hawai dalam rilis medianya.

"Kini kita memiliki instrumen-instrumen modern untuk mengevaluasi peristiwa gempa bumi ini dan karena situs-situs itu berbatasan dengan benua, maka kami akan mendapatkan contoh ruang padat dari perubahan yang diakibatkannya," kata Ben.

"Dengan demikian, peristiwa itu melambangkan kesemputan yang tidak pernah diperoleh komunitas ilmu bumi sebelumnya, jika observasi-observasi tertentu dilakukan secara cepat dan komprehensif," kata Brooks.  (*)

sumber: The Huffington Post
adam/jafar sidik

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010