Jakarta (ANTARA) - Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI Bambang Soesatyo mengingatkan pembangunan wawasan kebangsaan generasi muda, khususnya mahasiswa menjadi faktor kunci yang akan menentukan seperti apa wajah Indonesia di masa depan.

"Pembekalan materi mengenai ideologi dan nasionalisme pada awal masa perkuliahan juga bermakna strategis. Menunjukan pengenalan kehidupan kampus tidak hanya sekadar proses adaptasi mahasiswa baru terhadap lingkungan pendidikan, tetapi juga membekali mereka dengan dasar-dasar pembentukan karakter kebangsaan," ujar Bamsoet saat menyampaikan Sosialisasi Empat Pilar MPR RI, di Universitas Perwira Purbalingga (Unperba), Purbalingga, Jawa Tengah, Rabu.

Bamsoet yang juga pendiri Unperba memulai kuliah umum perdana angkatan II Tahun Akademik 2020-2021 dalam rangka Pengenalan Kehidupan Kampus Bagi Mahasiswa Baru Unperba dengan materi wawasan kebangsaan melalui Sosialisasi Empat Pilar MPR RI.

Turut hadir, antara lain Sekjen MPR RI Ma'ruf Cahyono, Anggota DPRD DKI Jakarta Dimas Raditya Soesatyo, Ketua Yayasan Perguruan Karya Bhakti Wisnudi Bargowo, Rektor Unperba Teguh Djuharyanto, Wakil Rektor I Unperba Eming Sudiana, Wakil Rektor II Unperba Suprapto, dan Dekan Fakultas Sains dan Teknik Sugeng Suyatno, serta direksi dan komisaris Unperba Hendro Irianto, Laras Shintya Puteri dan Widji Laksono.

Penyelenggaraan kuliah umum dilakukan secara virtual di berbagai ruang kelas perkuliahan maupun dari masing-masing rumah mahasiswa, serta tatap muka secara langsung di auditorium Unperba dengan tetap mengedepankan protokol kesehatan terhadap mahasiswa, dosen, dan para civitas akademika.

Ketua DPR RI ke-20 tersebut tak lupa mengingatkan para mahasiswa untuk tekun menimba ilmu, sebab mereka termasuk yang beruntung karena tidak semua lulusan SLTA dapat merasakan pendidikan tinggi, baik karena alasan ekonomi maupun keterbatasan daya tampung kampus yang tidak sebanding dengan jumlah siswa SLTA yang lulus.

Menurut data Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, setiap tahunnya terdapat sekitar 3,7 juta lulusan pendidikan tingkat menengah atas, dan sekitar 1,8 juta atau 48,6 persen di antaranya tidak dapat melanjutkan pendidikan tinggi.

"Ketekunan mahasiswa menimba ilmu di masa kini akan berdampak pada kemajuan Indonesia di masa depan. Terlebih dengan hadirnya pandemi COVID-19 telah merubah paradigma pembangunan ekonomi agar tidak lagi terkonsentrasi di kota, melainkan bisa bertumpu di desa," tandas Bamsoet.

Kepala Badan Bela Negara FKPPI itu menjelaskan berbagai negara dunia kini terpuruk akibat pandemi COVID-19, dan seluruhnya berusaha memenuhi kebutuhan nasionalnya, tak lagi mau mengekspor secara besar-besaran.

Kondisi tersebut, kata politikus senior Partai Golkar itu, sebenarnya bisa menjadi momentum bagi Indonesia sebagai sebuah bangsa untuk tidak lagi bergantung impor.

"Wilayah luas, tanah subur, dan kekayaan alam melimpah, seharusnya bisa membuat kita berdikari. Dimulai dengan generasi muda kembali ke desa. Membangun usaha di desa, memiliki rezeki kota, dan bisnis mendunia," jelas Bamsoet.

Atas dasar itulah, Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila ini menerangkan Unperba mengembangkan lima program studi yang langsung berdampak pada kewirausahaan, antara lain S1 Managemen, Akutansi, Agribisnis, Teknik Mesin, dan Informatika, serta dalam waktu dekat akan membuka program studi kedokteran.

"Kelak setelah lulus dari Unperba, para alumni tak hanya bisa terserap di dunia kerja, melainkan juga bisa membuka usaha dan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat. Agar usahanya bisa berkembang pesat, perlu memanfaatkan teknologi informasi. Karena itulah sejak awal masa perkuliahan di Unperba, para mahasiswa juga turut diperkenalkan dengan teknologi informasi," terang Bamsoet.

Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia itu menambahkan gegap gempita perkembangan teknologi informasi melalui Revolusi Industri 4.0 turut mengubah tren dunia industri dipenuhi digitalisasi pada semua lini sehingga segala sesuatu yang manual, natural, dan mekanis tergantikan serba digital.

Namun, kata Bamsoet, penting disadari bahwa selalu ada "man behind the machine" sehingga teknologi secanggih apapun tetaplah ciptaan manusia.

Baca juga: Bambang Soesatyo ingatkan pentingnya mahasiswa jaga Pancasila

Baca juga: Hidayat Nur Wahid: Tidak sulit pahami dan laksanakan Pancasila

Baca juga: Gus Jazil: Hidupkan Pancasila seperti pesan Sunan Kalijaga

Baca juga: MPR: Tiga syarat Pancasila bisa tetap hidup

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2020