Semarang (ANTARA News) - Penta Boyz, grup musik akapela asal Jakarta yang digawangi lima personel membuktikan akapela mampu bersaing dengan musik band, saat tampil di Semarang, Selasa (9/3) malam.

Penampilan mereka yang hanya mengandalkan suara mulut itu ternyata mampu membuat penonton terpana menyaksikan keterampilan masing-masing personel memadukannya menjadi musik yang harmoni.

Kelima personel Penta Boyz itu adalah Armando Zidane yang dipercaya membuat suara bas, Marta Dinata (bariton), Indra Gunawan (sopran), Joka Tatarang (bariton), dan Ronie Harvey M (tenor).

Dalam pergelaran bertajuk "Mukjizat Akapela Indonesia" itu, mereka menyanyikan sekitar 10 lagu, di antaranya "Surat Cinta" dan "Astaga" beraliran pop yang pernah populer dengan sangat apik, mirip lagu yang dimainkan menggunakan alat musik.

Kehebatan mereka dalam berakapela ternyata tidak hanya terfokus pada satu aliran musik, karena lagu "Sepasang Mata Bola" karya Ismail Marzuki yang beraliran keroncong pun dilahapnya dengan manis.

Belum puas dengan pop dan keroncong, mereka kemudian menjajal lagu "Kopi Dangdut" beraliran dangdut kental, dan lagu itu juga dimainkannya dengan sangat baik yang disambut dengan tepuk tangan penonton.

Menurut Armando, salah satu personel Penta Boyz, masyarakat Indonesia sepertinya belum terlalu akrab dengan jenis musik tersebut, sebab musik band memang lebih banyak tampil dan dikenal.

"Di luar negeri, musik ini justru banyak diminati, karena kami juga pernah mengikuti ajang perlombaan akapela tingkat dunia di Rumania dan tampil sebagai juara," kata personel yang dipercaya menghasilkan suara bas itu.

Perlombaan akapela tingkat dunia itu bertajuk "Golden Stag International Song" yang diikuti sekitar 23 negara, dan mereka mengaku awalnya hanya sekadar coba-coba dengan mengirimkan demo rekaman.

"Kami sebenarnya lebih fokus dengan musik-musik daerah, karena ingin memperkenalkan keanekaragaman budaya yang ada di Indonesia, seperti lagu `Suwe Ora Jamu` yang kami bawakan tadi," katanya.

Terkait aliran musik yang mereka mainkan selama ini, ia mengatakan, Penta Boyz memang tidak terpaku pada aliran musik tertentu dan semuanya dimainkan, meskipun awalnya sempat kesulitan.

"Misalnya, bagaimana menciptakan suara gamelan atau kendang, awalnya memang sulit, namun kami terus berlatih dan akhirnya berhasil," kata Armando diamini personel lainnya.

Jaya Suprana, selaku penggagas acara itu mengaku, dirinya tertarik dengan talenta Penta Boyz berawal saat melihatnya tampil di sebuah hotel di Jakarta sekitar Desember 2007 lalu.

"Bagi saya, sehebat-hebat alat musik jenis apapun, itu masih buatan manusia, namun seburuk-buruk suara yang dihasilkan manusia, itu adalah hasil ciptaan Tuhan," kata Jaya.

Penampilan Penta Boyz selama sekitar dua jam itu ditutup dengan lagu pamungkas berjudul "Indonesia Pusaka" karya Ismail Marzuki yang mampu membuat suasana sejenak menjadi hening dan syahdu. (ZLS/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010