Jakarta (ANTARA News) - Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri mengatakan, Dulmatin alias Yahya Mansur alias Joko Pitono mengendalikan latihan militer kelompok terorisme di Kabupaten Aceh Besar, Aceh.

Dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu, Kapolri mengatakan, Dulmatin berperan sebagai pembuat skenario, perencana dan penyandang dana yang semuanya dikendalikan dari Pamulang, Tangerang, Banten.

Bahkan, Dulmatin juga telah memerintahkan kepada para peserta latihan militer untuk melakukan penggalian dana dengan cara kekerasan berbagai daerah.

Ia mengatakan, Dulmatin juga merancang mengiriman senjata untuk dipakai latihan di Aceh.

"Dia (Dulmatin) ini memiliki kemampuan hebat. Dia bersama Ali Imran, terpidana seumur hidup bom Bali I merakit bom," katanya.

Namun, Kapolri enggan menjelaskan soal aliran dana termasuk pola perekrutan karena tim penindak dan penyidik Polri masih menginvestigasi kasus itu.

Kapolri hanya menyatakan, dalam mengirimkan senjata ke Aceh, Dulmatin memercayakan kepada dua anak buahnya yang tertangkap akhir pekan lalu di Jawa Barat dan Jakarta.

Ia juga belum dapat menyebutkan bagaimana Dulmatin bisa keluar masuk Indonesia serta aktivitas yang dilakukan selama di Jakarta.

Usai bom Bali tahun 2002, Dulmatin menjadi buronan dan berhasil kabur ke Philipina untuk bergabung dengan gerakan separatis di negara itu.

Militer Filipina telah beberapa kali menyatakan berhasil menembak mati Dulmatin namun kabar itu tidak pernah benar.

Isteri dan anak Dulmatin berhasil ditangkap pemerintah Filipina dan ditahan dengan dugaan melintas batas negara secara ilegal.

Pemerintah Australia pernah menjanjikan hadiah 10 juta dolar Amerika Serikat untuk siapa saja yang berhasil menangkap Dulmatin.

Mabes Polri memasukkan pria yang lahir di Pamulang ini sebagai salah satu buronan nomor wahid bersama Noordin M Top dan Azahari, dua WN Malaysia telah tewas saat penangkapan oleh Polri.

Dalam struktur organisasi teroris di Indonesia, Dulmatin berada di atas Azahari dan Noordin M Top.

Kepala Pusat Kedokteran Kepolisian Polri Brigjen Pol Musaddeq mengatakan, kepastian Dulmatin tewas diperoleh setelah Polri membandingkan DNA jenazah Dulmatin dengan DNA milik ibu dan dengan anaknya yang berada di Indonesia.

Polri telah memperoleh sampel DNA keluarga Dulmatin setelah mendengar kabar bahwa Dulmatin tewas di Philipina beberapa tahun yang lalu.

(T.S027/S026)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010