Jakarta (ANTARA News) - Aliansi teroris kelompok Aceh, Banten dan Jawa Barat, karena kesamaan ideologi,  sudah lama terbentuk terutama setelah "bubarnya" Al-Jama`ah Al-Islamiyah, kata Kepala Desk Antiteror Kementerian Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan, Ansyaad Mbai.

Selain bekas anggota Al-Jama`ah Al-Islamiyah aliansi juga beranggotakan, beberapa dari para tersangka yang ditangkap hidup dan mati, pemain lama, buronan, dan bekas narapidana terorisme, ujarnya di Jakarta, Rabu.

"Mereka bisa menyebut kelompok barunya dengan berbagai nama. Tetapi, yang penting bukan soal nama, melainkan mereka telah membentuk aliansi baru teroris," katanya.

Ansyaad mengungkapkan, usai tertangkapnya "tokoh-tokoh" jaringan teroris, para pengikutnya tetap berupaya untuk bangkit kembali dengan strategi yang lebih rapi.

Oleh karena itu, lanjut Ansyaad, pihaknya akan terus mengintensifkan langkah-langkah penanggulangan terorisme di Indonesia, baik melalui langkah represif maupun persuasif.

Kelompok yang diduga terkait terorisme dari poros di Aceh-Banten-Jawa Barat diindikasi merupakan bentuk bangkitnya aliansi dari sejumlah kelompok yang berideologi serupa. Hal itu terindikasi dalam operasi terorisme polisi dua pekan terakhir.

Indikasi senada juga diungkapkan Noor Huda Ismail, Direktur Eksekutif Yayasan Prasasti Perdamaian. Yayasan tersebut menangani proses pemulihan sosial mantan narapidana terorisme di Indonesia.

"Indikasi itu memang demikian adanya. Bangkitnya aliansi taktis dari berbagai kelompok karena prinsip kerja sama kelompok untuk suatu tujuan tetap terpelihara. Ini, misalnya, juga terjadi pada kelompok radikal di Filipina," kata Noor Huda menambahkan.
(T.R018/E001/P003)

Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010