Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kelautan dan Perikanan meyakini produk pakan mandiri yang dibuat oleh pembudidaya secara swadaya, kualitasnya tidak kalah dengan produk pakan yang dihasilkan oleh pabrik bahkan bisa lebih menghemat biaya produksi.

"Pakan mandiri harganya terjangkau dengan kualitas yang kompetitif bila dibandingkan dengan pakan pabrikan," kata Dirjen Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu.

Slamet memaparkan, program Gerakan Pakan Mandiri dari KKP bertujuan meningkatkan efisiensi biaya produksi melalui peningkatan efisiensi pembiayaan pakan dalam usaha budidaya ikan.

Oleh karena itu, ujar dia, KKP terus mendorong penggunaan pakan mandiri bagi pembudidaya di Indonesia.

Baca juga: Dirjen KKP: Pakan ikan mandiri salah satu prioritas

Menurut Slamet, pakan mandiri sangat membantu pembudidaya ikan khususnya pembudidaya skala kecil di Indonesia karena seperti yang diketahui bahwa biaya untuk pembelian pakan cukup tinggi yaitu 60 persen hingga 70 persen dari keseluruhan biaya produksi.

"Kehadiran pakan mandiri bagi pembudidaya ikan memberikan efek positif karena menambah keuntungan pembudidaya hingga 2 – 3 kali lipatnya atau tumbuh pada kisaran Rp4.000 hingga Rp5.000 per kilogram hasil produksi. Penggunaan pakan mandiri ini mampu menekan biaya produksi budidaya minimal 30 persen," ujar Slamet.

Ia juga mendorong pakan mandiri juga dapat dibuat melalui penerapan prinsip Cara Pembuatan Pakan Ikan yang Baik (CPPIB), sehingga hasilnya akan selalu dipercaya masyarakat dan terus semakin berkembang di tengah-tengah pembudidaya ikan di Indonesia.

Bila pakan ikan murah kemudian kualitasnya bagus, lanjutnya, maka pembudidaya semakin berdaya dan ekonomi mereka semakin meningkat pula, sehingga ini akan meningkatkan animo pembudidaya untuk menggunakan pakan mandiri.

Baca juga: KKP tertibkan penggunaan pakan-obat untuk budidaya ikan

Slamet mengungkapkan langkah-langkah strategi KKP agar pakan mandiri dapat berhasil dan semakin berkembang di tengah-tengah masyarakat pembudidaya ikan di Indonesia.

"Pertama yaitu penyaluran bantuan sarana dan prasarana pakan mandiri seperti bantuan mesin penepung kapasitas 100-200 kg/jam dan mesin pencetak tenggelam dengan kapasitas 100-200 kg/jam, serta mesin pencetak apung dengan kapasitas 50-100 kg/jam dan bahan baku pakan. Kita berikan agar kelompok pembudidaya ikan mampu untuk memproduksi pakan secara mandiri," ujar Slamet.

KKP juga tengah mengembangkan formulasi pakan ikan berbahan baku lokal, yaitu melalui budidaya magot (belatung) dari hewan serangga lalat hitam Black Soldier Fly (Hermetia illucens), dengan memanfaatkan sampah limbah organik sebagai media tumbuh magot.

Pada tahun 2019, KKP telah menyalurkan bantuan mesin dan bahan baku pakan sudah terdistribusi sebanyak 55 paket yang tersebar di 20 Provinsi dan 42 Kabupaten/Kota.

Sebagai informasi, sepanjang tahun 2020 total produksi pakan mandiri kurang lebih sebesar 819,82 ton dan telah disalurkan dalam bentuk bantuan pakan mandiri hingga bulan Oktober ialah sebanyak 698,52 ton. Bantuan ini diberikan kepada 554 kelompok pembudidaya ikan di 20 provinsi dan 97 Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia.

KKP juga telah mengembangkan pembuatan pakan dengan pabrik skala medium di 10 Unit Pelaksana Teknis (UPT) diantaranya di Ujung Batee, Jambi, Lampung, Sukabumi, Karawang, Jepara, Situbondo, Mandiangin, Tatelu dan Takalar.

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020