Ambon (ANTARA News) - Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu, Minggu, meresmikan gedung Gereja Pniel Jemaat Gereja Protestan Maluku (GPM) Wayame, Kecamatan Teluk Ambon, Kota Ambon, yang merupakan gereja termegah dan termahal di Maluku.

Gereja dengan luas bangunan 1.200 meter persegi itu dibangun selama 4,6 tahun sejak 14 September 2005 dengan menghabiskan dana sebesar Rp11,2 miliar dari sumbangan berbagai pihak, termasuk Pemprov Maluku, Pemkot Ambon, warga Muslim, Hindu, dan Budha di Ambon serta mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Pembangunan gedung gereja itu pun dilakukan secara bersama-sama dengan melibatkan partisipasi warga muslim dan komponen agama lainnya yang bermukim di wilayah Wayame, sehingga menjadi salah satu lambang persatuan dan kekeluargaan antarumat beragama di Maluku.

"Negeri Wayame sejak dulu telah terkenal sebagai simbol kedamaian bagi umat beragama, karena saat konflik sosial melanda daerah ini pada 1999, semua umat hidup rukun dan damai serta tidak terkontaminasi dengan berbagai hasutan," ujar Gubernur Ralahalu.

Ia mengatakan keberadaan Gereja Pniel harus menjadi tempat pembangunan mental dan spiritual umat manusia di Maluku, sekaligus menjadi kekuatan kontrol sosial dan moral yang teraplikasi dalam semangat keimanan untuk menghadirkan damai sejahtera bagi semua orang.

"Saya berharap kebersamaan yang telah tercipta di Negeri Wayame selama ini hendaknya terus ditingkatkan dan menjadi bagian dan simbol membangun kerukunan antarumat beragama di Maluku yang hakiki," katanya.

Berbagai momentum yang berlangsung dalam hidup berjemaat di Wayame, termasuk pembangunan gereja itu, hendaknya ditempatkan dalam konteks untuk membangun kesejahteraan dan perdamaian masyarakat di Maluku.

Sejalan dengan itu, jemaat Wayame yang berada sangat dekat dengan pusat pembangunan di Kota Ambon, juga ditantang untuk memanfaatkan semua potensi sumber daya alam yang ada di wilayah ini, untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan bersama bagi semua umat beragama di wilayah itu.

Gubernur berharap momentum peresmian gereja termegah di Maluku itu dapat dijadikan wadah pembinaan umat beragama, sehingga harmonisasi kerukunan antarumat dapat menjadi semangat dan motivasi untuk terus membangun Maluku yang sejahtera, religius, beradab, dan rukun serta menciptakan kedamaian berkelanjutan.

Sementara itu, Ketua Sinode GPM Pendeta John Ruhulesin, berharap warga jemaat Wayame dapat bersyukur karena pergumulan panjang pembangunan gedung gereja itu selama 4,6 tahun dapat terwujud, serta menjadi motivasi untuk terus melayani dan berbagi berkat dengan sesama umat beragama.

"Saya berharap gedung gereja yang megah dan mahal itu dapat dikelola tim khusus sehingga dapat dipelihara dan dirawat sebaik mungkin dan terus dimanfaatkan untuk membangun iman dan spiritual umat serta menjadi sumber inspirasi untuk membangun kebersamaan, kerukunan dan kekeluargaan hakiki di Maluku," katanya.
(K-JA/R009)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010