Balikpapan (ANTARA News) - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) tidak membela kadernya yang terlibat kasus hukum karena itu merupakan urusan pribadi kader, kata anggota Tim Sembilan dari PDI-P Maruarar Sirait.

"Silakan untuk melakukan proses hukum kepada kader PDIP yang terlibat kasus hukum dan partai tidak akan membela karena itu urusan pribadi," katanya usai Konferensi Daerah (Konferda) DPD PDIP Kalimantan Timur (Kaltim) III di Balikpapan, Minggu.

Hal tersebut terkait dugaan keterlibatan kasus suap pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Miranda Swaray Goeltom 2004 silam, di mana sejumlah politisi PDI-P disebut-sebut telah menerima suap.

Dalam sidang perdana, jaksa menyebut Dudhie Makmum Murod --anggota DPR dari FPDIP-- menerima "traveler`s cheque" sekitar Rp9 miliar.

Cek kemudian atas perintah anggota dewan dari PDIP Panda Nababan diberikan kepada anggota Komisi IX DPR yang memilih Miranda.

Namun, Maruarar Sirait juga menilai ada keanehan dari kasus tersebut.

"Aneh bila kita lihat tiba-tiba ada kasus yang menimpa kader dari PKS, PPP, PDIP dan Golkar yang sebenarnya pada lima atau enam tahun lalu yang tiba-tiba dimunculkan, dua minggu sebelum keputusan Century berakhir," katanya.

Apakah mencuatnya dugaan keterlibatan kasus suap pemilihan Miranda dengan menyeret beberapa nama politisi dari PDI-P merupakan bentuk "pengembosan" terhadap PDIP, Maruarar tidak berkomentar hanya mengatakan silakan publik yang menilainya sendiri.

Agus Condro Prayitno, anggota Fraksi PDIP yang pertama kali berani mengungkapkan adanya suap pascapemilihan Miranda.

Mantan politisi PDIP ini mengaku menerima sepuluh lembar cek perjalanan senilai Rp500 juta usai memilih Miranda sebagai Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia.

Dalam pemilihan saat itu, Miranda menang dengan angka telak dari 54 anggota komisi yang hadir, 41 orang memilih Miranda dari fraksi Golkar dan PDIP.

Saat itu, Agus Condro yakin bahwa cek senilai Rp500 juta itu merupakan imbalan setelah memilih Miranda.

Menurut dia, pembagian uang ini dikoordinasi oleh Dudhie Makmum Murod dan Emir Moeis.

Sementara itu, Emir Moeis saat ditemui di tempat yang sama membantah bahwa dirinya terlibat pada kasus suap tersebut.
(T.S035/R009)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010