Saya belum selesai. Saya masih merasa mampu meningkat
 
Pebalap Mercedes Lewis Hamilton merayakan di podium setelah memenangi balapan Grand Prix F1 Eifel di Nurburgring, Jerman,  11 Oktober 2020. (Pool via REUTERS/WOLFGANG RATTAY)

Belum selesai

Memang nyaris mustahil menyamai prestasi 16 kali juara konstruktur dan mesin yang dimiliki Ferrari. Itu hampir tiga kali lipat pencapaian Mercedes yang baru berlomba dalam kompetisi kostruktor pada 2010 ketika Ferrari sudah melakukannya sejak 1958.

Jika dia dan Mercedes-nya konsisten sampai tahun depan, dan musim ini dia juara, maka Hamilton berada dalam pacuan memecahkan rekor tujuh kali juara dunia Schumacher. Dan ini bisa membuka berpuncak pada predikat pebalap Formula 1 terbaik sepanjang masa.

Tetapi itu dengan syarat dia terus bersama Mercedes atau bersama tim lain yang bisa melampaui Mercedes.

Hamilton sendiri akan berpikir dua kali meninggalkan Mercedes sebelum ambisi menyamai dan mungkin memecahkan rekor Schumacher diwujudkan.

Baca juga: Juara di Nurburgring, Hamilton samai rekor Michael Schumacher

Ini bukan saja karena Mercedes menjadi tim paling konsisten dalam enam tahun terakhir, namun juga karena keputusannya bergabung dengan Mercedes dari McLaren pada 2012 telah melontarkan dia ke posisinya saat ini. 70 dari 91 kemenangannya di balapan Formula 1 dia patrikan bersama Mercedes. Tetapi ternyata itu belum cukup bagi Hamilton.

"Saya belum selesai. Saya masih merasa mampu meningkat," kata dia seperti dikutip BBC.

Sedangkan bos tim Mercedes Toto Wolff menyebut Hamilton memang tak mau berhenti memburu kesempurnaan dan lebih memikirkan hari esok ketimbang menoleh ke belakang.

"Lewis Hamilton yang kita saksikan hari ini bukan Lewis Hamilton yang saya temui pada 2013," kata Wolff yang teramat yakin Hamilton bakal makin hebat dari hari ke hari.

Di lapangan tenis, Nadal juga bersiap menjadi petenis terbesar sepanjang masa karena di ambang memecahkan rekor petenis paling sering menjuarai Grand Slam sekalipun dia lebih banyak melakukannya di French Open ketimbang pada tiga turnamen Grand Slam lainnya.

Baca juga: Perjalanan Rafael Nadal 13 kali menjuarai French Open

Faktanya Nadal memang kampiun turnamen Grand Slam tanah liat sampai-sampai Djokovic yang tak kalah perkasanya dari dia pun dibuat tak berkutik untuk kemudian mengakui supremasinya.

"Dia fenomenal. Dia menampilkan permainan yang sempurna," kata Djokovic seperti dikutip Reuters setelah dikalahkan 0-6, 2-6, 5-7 oleh Nadal dalam final French Open itu.

Tapi tentu saja Djokovic dan juga Federer tak akan membiarkan Nadal melakukan hal itu, apalagi kedua petenis ini mengungguli catatan Nadal di Australian Open dan Wimbledon, sedangkan di US Open mereka bertiga relatif susul menyusul.

Khususnya Djokovic yang paling muda di antara tiga jawara tenis putra dunia itu dan berselisih tiga gelar Grand Slam di belakang Nadal-Federer, petenis Serbia ini adalah atlet tenis paling lama kedua yang menduduki peringkat satu dunia dan juga paling banyak menjuarai ATP Masters.

Baca juga: Ketika Djokovic mengakui Nadal memang fenomenal

Federer sendiri menjadi petenis yang paling lama menduduki peringkat satu dunia dan di bawah Jimmy Connors sebagai petenis paling sering menjuarai turnamen-turnamen ATP. Meski begitu, pertarungan lebih sengit lebih mungkin terjadi antara Nadal dan Djokovic.

Jangan lupakan pula petenis-petenis muda seperti Dominic Thiem, Daniil Medvedev, Stefanos Tsitsipas dan Alexander Zverev yang menunggu era Tiga Besar pudar sekalipun masih sulit terjadi, paling tidak untuk satu sampai dua tahun ke depan. Mungkin hanya Federer yang beberapa bulan lagi akan memasuki usia 40 tahun yang bakal kesulitan tampil dalam kondisi terbaiknya.

selanjutnya: Usia Senja
 

Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2020