Semarang (ANTARA) -
Pengamat pendidikan dari Universitas Katolik Soegijapranata Semarang Tukiman Tarunasayoga mengapresiasi adanya sekolah virtual yang diinisiasi Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo untuk mengurangi angka anak putus sekolah.

"Ini terobosan luar biasa dan patut diapresiasi, saya sangat mendukung langkah ini. Sekolah virtual merupakan jalan keluar bagi anak-anak yang tidak bisa sekolah karena persoalan biaya," katanya di Semarang, Selasa.

Ia menyebutkan bahwa hak pendidikan harus dimiliki setiap anak yang masih berusia di bawah 18 tahun dan hak tersebut harus dipenuhi oleh pemerintah, termasuk hak memperoleh pendidikan.

"Apapun yang terjadi, apakah tidak mampu atau karena faktor lain, pemerintah memiliki kewajiban untuk memenuhi hak pendidikan anak. Dan ini yang dilakukan oleh Pak Ganjar dengan membuat sekolah virtual ini," ujarnya.

Sementara itu, Rektor Universitas Ivet Semarang Profesor Rustono yang juga menjabat sebagai Ketua Dewan Pendidikan Jateng menyampaikan hal serupa dan menegaskan tidak boleh anak-anak usia sekolah telantar hanya karena faktor ekonomi.

"Alhamdulillah ada gagasan membuat sekolah virtual ini. Dengan begitu, maka mereka mendapatkan haknya untuk memperoleh pendidikan yang layak," katanya.

Masyarakat, lanjut dia, pasti senang dengan kabar ini, sebab banyak warga yang tidak mampu menyekolahkan anaknya hanya karena urusan biaya.

"Jateng daerahnya cukup besar, dan masih banyak yang memerlukan akses pendidikan. Untuk itu, saya harap sekolah virtual bisa dilanjutkan dan diperluas jangkauannya ke daerah-daerah terpencil," ujarnya.

Sebagai salah satu pihak yang ikut merancang sekolah virtual, Rustono mengungkapkan bahwa anak-anak yang menjadi siswa sekolah virtual akan mendapat hak yang sama dengan siswa sekolah reguler lainnya sebab yang bersangkutan akan masuk dalam dapodik sekolah negeri yang mengampu.

"Mereka terdaftar sebagai siswa, sehingga resmi. Lulusannya juga diakui dan mendapat hak yang sama, bisa bekerja atau melanjutkan kuliah. Semuanya sama, hanya saja metodenya yang berbeda karena sekolah virtual ini lebih banyak daring dan sesekali tatap muka," katanya.

Gubernur Ganjar membuka sekolah virtual di SMA Negeri 3 Kabupaten Brebes dan SMA Negeri 1 Kemusu Kabupaten Boyolali yang masing-masing diikuti 36 anak.

Ganjar menjelaskan bahwa ide awal pembuatan sekolah virtual itu adalah untuk memberikan peluang pada semua anak berkesempatan belajar sebab banyak anak yang tidak melanjutkan sekolah atau berhenti sekolah karena alasan biaya.

Baca juga: Ganjar buka sekolah virtual kurangi angka putus sekolah

"Maka kami buat konsep sekolah virtual ini agar mereka yang tidak sekolah atau berhenti sekolah karena faktor ekonomi, tetap bisa sekolah dengan baik. Akan kami dampingi dan bantu mereka melanjutkan cita-citanya," ujarnya saat pembukaan sekolah virtual itu dilakukan secara daring di ruang kerja gubernur.

Pewarta: Wisnu Adhi Nugroho
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2020