Kupang (ANTARA) - "Jaga pintu masuk dan keluar dari dan ke Sabu Raijua. Pastikan bahwa semua orang yang masuk melalui bandar udara dan pelabuhan laut tidak membawa virus masuk ke wilayah ini," pesan Bupati Sabu Raijua, Nikodemus N. Rihi Heke dalam pengarahannya kepada tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 setempat yang dibentuk pemerintah pascamerebaknya COVID-19.

Pesan Bupati Nikodemus Rihi Heke itu telah menjadi motivasi bagi Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 di daerah itu, untuk menyusun strategi pencegahan di lapangan, agar wilayah ini tetap masuk zona hijau.

Baca juga: Kabupaten Sabu Raijua-NTT bebas COVID-19 karena warga patuh protokol

Wakil Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kabupaten Sabu Raijua, Ndu Ufi mengatakan, langkah pertama yang dilakukan tim gugus tugas adalah membangun kesadaran masyarakat mengenai pentingnya melaksanakan protokol kesehatan.

Gugus tugas, kata dia, harus bekerja selama kurang lebih dua bulan hanya untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat di Kabupaten Sabu Raijua agar mereka mau melaksanakan protokol kesehatan yang telah ditetapkan pemerintah.

Selama dua bulan, masyarakat tidak hanya diajarkan tentang bagaimana mengenakan masker, mencuci tangan dan menjaga jarak antarsesama, tetapi petugas bahkan terus mendorong dan menyadarkan masyarakat agar penggunaan masker menjadi budaya ditengah kehidupan masyarakat.

"Kami mengajarkan masyarakat supaya cuci tangan, dan pakai masker harus menjadi tradisi karena masker ini juga untuk menghindari debu. Wilayah Sabu Raijua masih berdebu dan debu bisa membuat orang sakit sesak napas," katanya.

Baca juga: Keterisolasian Sabu Raijua semakin terbuka, Ini sebabnya

Memang tidak mudah, tetapi setelah dua bulan melakukan sosialisasi, pemerintah mulai bekerja sama dengan aparat kepolisian untuk menegakkan aturan di lapangan.

Warga yang kedapatan tidak mengenakan masker di luar rumah, para petugas memberikan masker secara gratis sekaligus memberikan arahan agar mereka selalu menggenakan masker.

Bagi mereka yang sudah diberi masker secara cuma-cuma, tetapi kedapatan tidak mengenakannya, maka petugas tidak segan-segan memberikan hukuman di depan umum.

Selain melakukan sosialisasi kepada masyarakat, para petugas tetap melakukan pengawasan secara ketat di setiap pintu masuk pelabuhan, yakni setiap orang yang turun dari kapal maupun pesawat udara harus menjalani pemeriksaan.

"Biarpun kapal laut masuk wilayah Kabupaten Sabu Raijua dini haripun, petugas tetap siaga. Seluruh penumpang yang turun harus menjalani protokol kesehatan secara ketat. Para penumpang disemprot dengan disinfektan," kata Ndu Ufi yang juga Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat.

Semuanya aturan mengenai protokol kesehatan yang telah ditetapkan pemerintah dilaksanakan secara tertib dan teratur oleh masyarakat daerah itu sejak COVID-19 melanda dunia.

Baca juga: Dua rute penerbangan untuk Sabu Raijua disubsidi pemerintah

"Kami bersyukur, sampai dengan hari ini, wilayah Kabupaten Sabu Raijua masih bebas dari COVID-19," katanya menambahkan.

Kedisiplinan para petugas dan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan di Kabupaten Sabu Raijua memang berbeda dengan daerah lain di provinsi berbasis kepulauan itu.

Di Pelabuhan Feri Bolok Kupang dan Pelabuhan Tenau Kupang, misalnya, tidak tersedia tempat cuci tangan, apalagi melakukan penyemprotan seperti yang dilakukan petugas di Kabupaten Sabu Raijua terhadap semua penumpang yang masuk daerah itu.

Ndu Ufi sungguh berharap, masyarakat Kabupaten Sabu Raijua tetap mengenakan masker dan wajib mencuci tangan sebagai bagian dari tradisi yang terus dipertahankan, agar daerah itu tetap bersih dari virus Corona jenis baru (COVID-19).


Dewan adat

Ketua DPRD Kabupaten Sabu Raijua, Paul Tuka mengatakan, keberhasilan daerahnya menjaga wilayah itu dari COVID-19, tidak terlepas dari dukungan Dewan Mone Ama (dewan adat) Sabu Raijua.

Dewan adat ini, kata dia, tak henti-hentinya menyelenggarakan ritual adat untuk memagari pulau itu dari ancaman COVID-19.

Ritual dewan adat ini juga sekaligus untuk meminta kepada para leluhur untuk meminta kepada Tuhan agar menggerakan hati para penghuni pulau itu, mematuhi protokol kesehatan yang telah ditetapkan pemerintah.

Disamping tentunya karena dukungan dari tokoh-tokoh agama dan tokoh masyarakat daerah dalam menjaga wilayah itu dengan caranya masing-masing, kata Paul Tuka.

Baca juga: Sempat serang warga, demam berdarah di Kabupaten Sabu Raijua-NTT sudah tertangani

"Jadi bagi saya, kalau sampai hari ini Sabu Raijua masih bersih dari virus Corona jenis baru (COVID-19), karena dukungan dari semua elemen masyarakat daerah itu, dan kepatuhan masyarakat dalam melaksanakan protokol kesehatan," katanya menjelaskan.

Paul Tuka juga mengimbau masyarakat di daerah itu, untuk tetap mematuhi protokol kesehatan dan bersama-sama menjaga wilayah itu dari ancaman virus yang mematikan ini.




Dua daerah

Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Provinsi NTT mencatat, hingga saat ini, masih ada dua kabupaten yang belum terjangkit virus Corona jenis baru (COVID-19).

Kedua kabupaten itu adalah Sabu Raijua dan Belu, wilayah yang berbatasan dengan negara Timor Leste.

Sementara 20 kabupaten/kota lainnya sudah terjangkit COVID-19 dengan angka kasus terkonfirmasi positif COVID-19 hingga posisi Senin, (12/10) mencapai 572 orang dengan tujuh pasien meninggal dunia.

Mereka yang meninggal dunia itu tersebar di Kabupaten Manggarai satu orang, dua orang di Sumba Timur dan empat orang di Kota Kupang.

"Saat ini masih ada 201 orang positif COVID-19 yang sedang dalam perawatan dan karantina, sedangkan 357 orang lainnya sudah dinyatakan sembuh," kata Meserasi Ataupah.

Data GTPP NTT per 10 Oktober 2020 menunjukkan, dari 20 kabupaten/kota di NTT yang tertular COVID-19, Kabupaten Ende merupakan tertinggi dengan jumlah 109 kasus, sembuh 106 orang dan masih dirawat tiga orang.

Disusul Kota Kupang sebanyak 108 kasus, sembuh 56 orang, masih dirawat 48 orang, dan meninggal 4 orang, Manggarai Barat 65 kasus, sembuh 56 orang, masih dirawat 9 orang.

Kabupaten Sikka 53 kasus, sembuh 51 orang, masih dirawat dua orang, Ngada 43 kasus, semuanya masih dirawat.

Kabupaten Manggarai 41 kasus, sembuh 10 orang, masih dirawat 30 orang dan 1 meninggal.

Sumba Barat 27 kasus, sembuh 6 orang, masih dirawat 21 orang, dan Flores Timur 27 kasus, sembuh 4 orang, dirawat 23 orang.

Kabupaten Sumba Timur dengan jumlah kasus 21, sembuh 19 orang, satu masih dirawat dan dua meninggal dunia, Kabupaten Kupang 18 kasus, 15 sembuh dan tiga masih dirawat.

Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) dengan 15 kasus, 8 sembuh dan empat masih dirawat, Nagekeo 11 kasus, 11 sembuh, Alor sebanyak 11 kasus, satu sembuh, sisanya masih dirawat, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) 8 kasus, satu sembuh sisanya dirawat, Sumba Barat Daya 6 kasus positif, 5 sembuh dan satu masih dirawat.

Dari seluruh daerah yang terjangkit COVID-19 itu, tujuh daerah sudah keluar dari zona mereka dan kembali berada di zona hijau bebas COVID-19.

Ketujuh kabupaten itu adalah Rote Ndao, Nagekeo, Timor Tengah Utara, Lembata, Malaka, Sumba Tengah dan Manggarai Timur.

Sekretaris GTPP NTT, Domi Mere mengatakan, kunci untuk mempertahankan suatu daerah agar tetap berada di zona hijau adalah melakukan deteksi secara dini secara teratur.

Selain melakukan pencegahan dan testing berupa tes cepat untuk memastikan bahwa, setiap orang yang masuk ke wilayah itu bebas dari kasus COVID-19, kata Domi Mere menjelaskan.

Kini Kabupaten Sabu Raijua, masuk dalam sembilan kabupaten di NTT yang sedang menggelar kampanye Pilkada Serentak 2020, dan berpotensi terjadinya penyebaran COVID-19 karena adanya aktivitas politik dengan mengumpulkan massa.

Namun semua tentu berharap agar pasangan calon dan tim pemenangan dapat melakukan kampanye sesuai dengan protokol kesehatan agar wilayah itu tetap bebas dan aman dari COVID-19. ***3***

Pewarta: Bernadus Tokan
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2020