Jakarta, 19/3 (ANTARA) - Dalam upaya rehabilitasi wilayah pesisir, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melaksanakan kegiatan penanaman kembali mangrove, terutama di beberapa kawasan prioritas. Kegiatan ini diharapkan dapat mengakselerasi apresiasi dan kesadaran pemangku kepentingan terkait terhadap pentingnya ekosistem mangrove sebagai salah satu upaya rehabilitasi, adaptasi dan mitigasi dalam upaya meningkatkan ketahanan wilayah pesisir terhadap dampak perubahan iklim. Demikian disampaikan Menteri Kelautan dan Perikanan, Fadel Muhammad saat membuka kemah jambore mangrove dan gerakan "Ayo Tanam Mangrove" di Pantai Depok, Kabupaten Pekalongan (18/3).

     Lebih lanjut Fadel menjelaskan bahwa keberadaan ekosistem mangrove dinilai sangat penting, selain berfungsi sebagai tempat pemijahan biota laut juga memiliki andil dalam mitigasi perubahan iklim melalui penyerapan emisi CO2 yang merupakan gas rumah kaca. Untuk itu, kegiatan penanaman mangrove ini akan terus berlanjut meskipun acara Ayo Tanam Mangrove telah selesai dilaksanakan. Masyarakat pesisir di sekitar lokasi penanaman ini dapat terus memelihara mangrove yang telah ditanam dan bila dimungkinkan agar terus menambah jumlahnya agar ketahanan pesisir kita dalam menghadapi bencana akibat dampak perubahan iklim meningkat. Hal ini amat penting mengingat bagaimanapun masyarakat pesisirlah yang paling merasakan dampak akibat perubahan iklim. Selain itu, pihak swasta juga diminta untuk terlibat dalam program ini melalui program CSR (Corporate Social Responsibility) tegas Fadel.

     Keberadaan mangrove memiliki fungsi penting sebagai penyerap polutan, pelindung pantai, meredam ombak, arus serta menahan sedimen. Selain itu,mangrove juga berfungsi sebagai meredam pasang laut, penahan ROB, energi gelombang serta melindungi pantai dari hempasan badai dan angin, mangrove juga dapat mengurangi emisi karbon sebagai upaya penanggulangan dampak pemanasan global. Hal ini sejalan dengan program blue carbon yang beberapa waktu lalu diluncurkan United Nations Environmental Programm (UNEP) di Bali.

     Saat ini, Indonesia memiliki potensi sumberdaya mangrove seluas 9,36 juta ha, di mana 3,7 juta ha tersebar di dalam kawasan hutan dan 5,66 juta ha di luar kawasan hutan. Dari jumlah tersebut, kerusakan sumber daya mangrove telah mencapai 70%, dengan rincian 48% (seluas 4,51 juta ha) dalam kondisi rusak sedang dan 23% (2,15 juta ha) dalam kondisi rusak. Kerusakan ini sebagian besar diakibatkan oleh ulah manusia, baik berupa konversi hutan mangrove menjadi pemanfaatan lain, misalnya menjadi pemukiman, industri, rekreasi, atau kepentingan lainnya maupun pemanfaatan ekosistem hutan mangrove sebagai sumber penghidupan bagi masyarakat sekitarnya.

     Sebagai ilustrasi, selama periode 2003-2009 kementerian Kelautan dan Perikanan telah melakukan penanaman mangrove untuk rehabilitasi dan mitigasi wilayah pesisir sebanyak 1,4 juta batang pohon mangrove. Penanaman mangrove tersebut difungsikan untuk kegiatan rehabilitasi kawasan pesisir sebanyak 1,15 juta batang dan 263,5 ribu untuk kegiatan mitigasi wilayah pesisir. Secara keseluruhan wilayah pesisir yang telah dilakukan rehabilitasi adalah seluas 280,1 ha.

     Dalam upaya menumbuhkan kesadaran masyarakat terhadap ekosistem mangrove, KKP melaksanakan jambore mangrove sehingga para generasi muda dapat ikut berperan dalam penyelamatan dan perbaikan lingkungan pesisir. Selain itu, dalam kegiatan ini para peserta jambore juga diajak melakukan penanaman vegetasi pantai (mangrove) secara massal sebagai upaya untuk penyelamatan dan perbaikan lingkungan pesisir.

     Selama melakukan kunjungan kerja ke Pekalongan, di samping melakukan gerakan ayo tanam mangrove dan membuka jambore mangrove, Menteri Kelautan dan Perikanan juga berkesempatan menyerahkan 196 unit rumah ramah bencana kepada masyarakat nelayan di Jawa Tengah, meliputi: 50 unit di Kota Pekalongan, 25 unit di Kabupaten Pekalongan, 41 unit di Kabupaten Cilacap, 50 unit di Kabupaten Brebes, dan 30 unit di Kabupaten Rembang. Selain itu, KKP juga melaksanakan pelatihan rehabilitasi mangrove; pelatihan pemanfaatan buah mangrove untuk bahan makanan dan bahan batik; pameran hasil-hasil pemanfaatan mangrove; launching peta mangrove Indonesia oleh Bakosurtanal; kemah rehabilitasi mangrove oleh pramuka (SUPM Tegal, SMA, Mahasiswa ITB, UGM, UNDIP, dan UNISULA); sosialisasi rehabilitasi, mitigasi dan adaptasi perubahan iklim oleh pakar mangrove; dialog Menteri KP dengan nelayan dan pramuka; penanaman sebanyak 100 ribu batang mangrove; panen ikan bandeng; dan tebar benih ikan sebanyak 25 ribu bibit (polikultur, ikan nila).

     Untuk keterangan lebih lanjut, silakan menghubungi Dr. Soen'an H. Poernomo, M. Ed, Kepala Pusat Data Statistik dan Informasi, Kementerian Kelautan dan Perikanan (HP. 08161933911)




Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2010