Tarakan (ANTARA) - Seorang pembela hak-hak perempuan dari Aceh Suraiya Kamaruzzaman mengatakan perempuan dengan sifat dasarnya yang totalitas dalam bekerja, jadi salah satu faktor mengapa mereka menjadi incaran kelompok teroris untuk dijadikan anggotanya.

"Perempuan kini rentan direkrut jadi anggota terorisme dengan berbagai alasan, salah satunya jika sudah terdoktrin lebih radikal ketimbang pria," kata Suraiya, saat jadi pembicara dalam kegiatan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Kalimantan Utara di Tarakan, Kamis.

Tokoh perempuan penerima Penghargaan N-Peace 2012 mengatakan sifat dasar wanita lebih radikal atau memiliki totalitas dalam menjalankan fungsinya jadi pertimbangan utama menjadikan wanita sebagai anggota terorisme.

Baca juga: Direktur AMAN: Perspektif gender perlu dalam penanganan terorisme

"Alasan lain, pria lebih mudah terdeteksi sehingga kini agak susah melangkah untuk melakukan peran sebagai terorisme," ujar Suraiya yang juga Presedium Balai Syura Aceh itu.

Selain itu, kelompok terorisme seperti ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah) kini menggunakan terminologi tentang kesetaraan wanita dengan pria dalam melaksanakan peran sebagai garda terdepan untuk melakukan aksi bom bunuh diri, termasuk melibatkan anaknya.

"Faktor lain, sumber daya pria kian terbatas," ujarnya dalam acara digelar FKPT Kalimantan Utara Bidang Perempuan dan Anak.

Sejak deklarasi pendirian kekhalifahan ISIS oleh pemimpin kelompok Abu Bakar al Baghdadi bulan Juli 2014, terdapat setidaknya 18 kelompok ekstremis yang mendukung ISIS di Indonesia sebagian anggotanya wanita.

Baca juga: Pengamat: jaringan teroris ubah strategi gunakan pelaku perempuan

Acara digelar dengan tema "Pelibatan perempuan agen perdamaian dalam pencegahan radikalisme dan terorisme melalui Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Kalimantan Utara Bidang Perempuan dan Anak".

Kasubdit Pemberdayaan Masyarakatmad BNPT Andi Intang Dulung mengatakan dengan potensi totalitas dalam menjalankan fungsinya, wanita sangat strategis untuk dilibatkan dalan deradikalisasi.

Peran wanita di media sosial.
Ia menjelaskan lahirnya kelompok radikalisme dan terorisme yang melibatkan wanita tidak terlepas dari kemajuan teknologi komunikasi serta media sosial.

Sehingga, katanya, untuk melawan pengaruh radikalisme maka peran wanita, khususnya kaum milenial sangat penting dalam memberikan pemahaman yang benar tentang agama.

Dalam acara itu dihadiri oleh Wakil Wali Kota Tarakan Effendy Djuprianto dan Ketua FKPT Kaltara Datu Iskandar Zulkarnaen.

Baca juga: Fatayat: kaum perempuan harus ikut perangi teroris

Pewarta: Susylo Asmalyah
Editor: Joko Susilo
Copyright © ANTARA 2020