pernah kami mengalami gempa saat mengikuti pembekalan daring,
Jakarta (ANTARA) - Pengajar yang lolos dalam Program Guru Penggerak (PGP) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan angkatan I mengatakan seleksi program tersebut cukup ketat.

"Proses seleksi program yang sangat ketat sangat bermanfaat. Keterampilan kami sebagai guru betul-betul digali, meskipun saya sudah mengajar lama," ujar seorang guru yang lulus seleksi Guru Penggerak, Aam Amaliah, dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.

Guru SMAN 1 Cijeruk Bogor itu menjelaskan rangkaian seleksi Program Guru Penggerak (PGP) sangat panjang. Mulai dari pendaftaran, verifikasi dan validasi data, seleksi tahap 1 berupa tes bakat skolastik dan pengumuman hasil seleksi tahap 1, penjadwalan seleksi tahap 2, seleksi tahap 2 berupa simulasi mengajar dan wawancara, pengumuman calon guru penggerak yang lolos, serta pelaksanaan pendidikan guru penggerak.

Kemendikbud telah menyelesaikan proses seleksi PGP Angkatan I dengan 2.800 orang peserta yang lolos dari 56 kabupaten/kota.

Proses pendampingan guru penggerak Angkatan I mulai dilakukan pada Kamis, 15 Oktober 2020. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim secara resmi membuka kegiatan tersebut.

Bersamaan dengan itu, proses pendaftaran guru penggerak angkatan 2 juga sudah dibuka mulai 13 Oktober-7 November 2020.

Sebanyak 2.800 guru dari 56 kabupaten/kota lainnya akan direkrut untuk menjadi kandidat guru penggerak dan calon pengajar praktik (pendamping) di 74 kabupaten/kota.

Menurut Aam, PGP berupaya mengubah pola pikir para pengajar.

"Meski umur sudah masuk kepala lima, saya masih semangat menggali ilmu. Saya salut dengan pemberi materi, pendamping yang akan mendampingi kita, itu anak-anak muda tapi mereka hebat," jelas dia.

Ia berharap, PGP bisa terus berlanjut demi mendorong Program Merdeka Belajar.

Baca juga: Sebanyak 639 pendaftar lulus sebagai Pendamping Calon Guru Penggerak

Baca juga: POP dinilai dorong percepatan adaptasi guru dan tenaga kependidikan

Pendapat senada disampaikan Theresia Sri Rahayu. Menurut guru pendamping itu, banyak sekali manfaat dan wawasan baru selama proses seleksi dan pembekalan.

"Banyak materi yang kami dapat mulai teori sampai teknik komunikasi. Kami belajar bagaimana teknik komunikasi efektif dengan calon guru penggerak,” sebut Theresia.

Guru SDN Waihibur Nusa Tenggara Timur itu mengaku selama menjalani proses pembekalan seringkali mengalami sejumlah kendala jaringan listrik dan internet. Hampir setiap hari listrik mati dan sinyal seringkali susah dijangkau. Namun, hal itu tidak menyurutkan semangat untuk menjalankannya.

"Pembekalan adalah hal yang tidak boleh dilewatkan karena sangat penting. Cuma tantangannya luar biasa. Bahkan, pernah kami mengalami gempa saat mengikuti pembekalan daring," kata Theresia.

Theresia mengaku selama ini kesulitan melakukan inovasi di sekolahnya.

"Ketika mencoba melakukan perubahan saya butuh dukungan baik dari orang tua ataupun dinas pendidikan," tambah Theresia.

Program Guru Penggerak dinilai sangat membantu proses inovasi dan perubahan tersebut.

Guru SMA 1 Rawalo, Jawa Tengah, Aris Sugiharto menjelaskan untuk lolos sebagai Guru Penggerak hal penting yang harus dipersiapkan adalah mental dan kejujuran.

Para calon Guru Penggerak terbuka menyampaikan kemampuan yang dimiliki serta terus menggali dan mengasah potensi diri, tambahnya.

Baca juga: Kemendikbud selenggarakan Program Pendidikan Guru Penggerak

Baca juga: Kemendikbud tantang guru ikuti program Guru Penggerak angkatan kedua

 

Pewarta: Indriani
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020