Kediri (ANTARA) - Motivator sekaligus pengusaha Helmy Yahya membagikan tips peluang usaha di masa pandemi COVID-19 yang dinilai masih cukup bagus.

"Bisnis yang sekarang naik, yang meningkat makanan, kesehatan, retail produk kesehatan, teknologi informasi. Kalau yang masih bertahan perikanan, listrik, gas, air bersih, pengangkutan, pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan," kata Helmy Yahya saat pelatihan ekonomi yang digelar secara daring antara jurnalis bersama Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kediri di Kediri, Jumat.

Ia mengakui di masa pandemi COVID-19 ini hampir semua sektor lesu, namun dirinya menegaskan tidak ada untungnya mengeluh sebab semua sektor ekonomi turun.

Dirinya juga tetap memberikan sikap optimis bahwa semua akan kembali baik lagi, semua akan naik lagi. Untuk itu, berbagai peluang usaha bisa dimanfaatkan.

Helmy mengungkapkan dunia kewirausahaan merupakan salah satu yang harus diperhatikan, apalagi di era pandemi COVID-19. Banyak UKM (usaha kecil menengah) yang jatuh. Namun UKM juga terbukti mampu bertahan, berbeda dengan perusahaan besar. Misalnya, saat terjadi krisis moneter pada 1998, UKM bisa bertahan, namun untuk perusahaan besar susah untuk bergerak.

"Sekarang kesempatan untuk mengubah mindset. Kita kontrol terhadap jenis usaha, sikap pribadi dan lain-lain. Semua berubah. Saat pandemi kita alami berbulan-bulan, kita harus berpikir mencari terobosan peluang. Ada yang terpapar, ada yang bangkrut, ada yang harus keluar kehilangan pekerjaan, ada yang gaji dipotong. Ada juga yang bisnisnya berkembang di era pandemi ini," kata dia.

Ia mengatakan, di era pandemi seperti sekarang ini untuk kerja juga lebih banyak di rumah. Ada beberapa yang harus diperhatikan untuk mulai usaha, yakni improve character, yang artinya tergantung karakter. Pintar saja dinilainya tidak cukup, karena orang pintar cenderung sombong, padahal sombong sulit untuk sukses, sehingga karakter memang sangat penting.

Selain itu, selanjutnya adalah check kesempatan. Untuk menjadi wirausaha juga harus melihat kemampuan untuk berjualan, memanfaatkan waktu. Selain itu, juga melakukan cek usaha yang cocok sehingga benar-benar paham dan tidak mudah dibohongi orang lain.

Tips lainnya adalah upgrade atau memperbarui kemampuan, dan selalu update. Untuk udpate bisa memanfaatkan teknologi informasi. Saat ini, media sosial juga bisa dimanfaatkan untuk sarana bisnis.

"Tidak ada orang sukses yang tidak menguasai bidangnya. Sekarang trend jual melalui digital. Buat digital, platform, Instragram, Facebook, jualan produk," ujar dia.

Ia menambahkan, media masa depan merupakan digital. Bahkan, media mainstream juga mendapatkan tantangan berat. Misalnya, cetak. Orang tidak lagi membaca koran, melainkan mencari informasi lewat dalam jaringan. Bahkan, sekarang ini banyak perusahaan yang bekerjasama dengan Influencer, sehingga belanja iklan banyak yang tersedot ke digital.

Untuk mampu bertahan, ia menganjurkan bagi pengusaha maupun calon wirusaha untuk selalu menambah skill atau kemampuan. Era 2021, untuk sebuah produk harus punya branding, advertising, digital marketing, media sosial, hingga analisis produk.

"Upgrade your skill. Jualan yang paling penting kemampuan jualan. Sehebat apapun produk, jika tidak bisa dijual selesai. Belajar ikut webinar, training. Update your chaneling. Dalam dunia bisnis, untung yang besar itu repeat order. Konsumennya kembali," ujar dia.

Ia juga mengingatkan untuk memanfaatkan usaha sesuai dengan bidang yang ditekuni, sebab hasilnya bisa lebih optimal.

Sementara itu, Asisten Direktur Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kediri Rizal Moelyana mengatakan BI sengaja menyelenggarakan pelatihan ini dengan menghadirkan narasumber Helmy Yahya. Dirinya berharap, pelatihan ini bisa bermanfaat.

"Pelatihan ini untuk menjaga tali silaturahmi sekaligus dapat memberi wawasan sehingga bermanfaat. Kami harap tetap produktif, pelatihan ini sebagai penambah wawasan," kata Rizal.

Pelatihan tersebut digelar secara daring dengan peserta jurnalis di wilayah Kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kediri. (*)
 

Pewarta: Asmaul Chusna
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2020