Di sekitarnya

Tentu saja, kita semua tahu Barcelona dan Juventus tengah berusaha membangun kekuatan menyongsong berakhirnya era Messi maupun masa Ronaldo.

Menarik menyaksikan bagaimana Pirlo, sang maestro lapangan tengah Juventus hingga lima tahun lalu itu membangkitkan bekas timnya dari "kekecewaan" Sarriball.

Pirlo jelas punya beban berat untuk sukses instan, dan kesuksesan ukuran Juventus bukan lah sekadar juara Liga Italia Serie A, tetapi meraihnya dengan musim menyisakan tiga hingga empat pertandingan lagi dan yang lebih penting adalah berbicara banyak di tataran Liga Champions.

Tersingkirnya Juventus di babak 16 besar Liga Champions musim lalu, di tangan wakil Prancis Olympique Lyon, adalah pelatuk terakhir yang menghabisi tenor kepelatihan Maurizio Sarri di klub itu dan tentu Pirlo tak ingin mengalami nasib serupa. Manajemen Juventus jelas tak akan peduli bahwa Pirlo menjalani musim perdana dalam karier kepelatihan di level senior.

Menilik di level domestik, Juventus tak mengawali musim dengan meyakinkan sebagai tim yang berstatus juara bertahan, hanya meraih satu kemenangan dan beruntung mengamankan satu poin saat mengimbangi AS Roma di pertandingan terkininya.

Sekali lagi, Pirlo punya beban besar dan dituntut memberi kesuksesan instan --terlepas dari apapun yang manajemen Juventus pernah katakan--, dan itu harus dibuktikan dengan memuluskan langkah melewati fase grup Liga Champions.

Baca juga: Pirlo cukup puas dengan debutnya sebagai pelatih baru Juventus
Baca juga: Ronald Koeman: Barcelona lebih baik dari yang orang perkirakan


Sebagaimana Pirlo, Koeman di Camp Nou juga punya beban yang sama, dan boleh jadi ia menghadapi tantangan yang lebih berat sebab bintang utamanya beberapa bulan lalu merajuk ingin pergi.

Koeman bisa saja didepak ketika Josep Maria Bartomeu dimakzulkan dari kursi presiden Barca nanti, tapi pelatih yang memilih meninggalkan tim nasional Belanda untuk Barcelona itu punya tuga untuk menyiapkan masa depan yang lebih baik menyambut kepergian Messi.

Sejauh ini, di La Liga, Fati sedikit menjawab tantangan itu, bahkan Philippe Coutinho seperti menemukan kembali performa yang membuat Barcelona memutuskan memboyongnya dari Liverpool dua tahun lalu.

Coutinho mungkin akan selalu jadi tonggak pengingat skor memalukan 2-8 lawan Bayern Muenchen musim lalu, tetapi ia juga bisa memainkan peran sebagai ikon motivasi bahwa Barcelona harus bisa terus menjelma lebih baik lagi.

Lebih cepat Barcelona melepaskan diri dari ketergantungan terhadap Messi, lebih baik bagi masa depan salah satu klub yang dianggap klub terbaik di dunia itu, walau nyatanya baru bisa bicara lantang di Liga Champions mulai 2000-an saja.

Baca juga: Messi ingin akhiri pertentangan di Barcelona
Baca juga: Sami Khedira tidak masuk skuat Juventus untuk Liga Champions

Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2020