Medan (ANTARA News) - Permintaan kopi dari luar negeri menguat meskitransaksi perdagangan masih sepiakibat harga ekspor yang dinilai eksportir masih belum menguntungkan.

"Permintaan semakin banyak setelah sebelumnya importir menaham pembelian karena harga ekspor yang dinilai cukup mahal di kisaran 3,5 - 3,7 dolar AS per kg," kata Sekretaris Asosiasi Eksportir Kop Indoensia (AKI) Sumut, Syaidul Ala, di Medan, Senin.

Menguatnya permintaan karena kebutuhan terus naik dan juga dampak melemahnya harga di pasar lokal akibat penguatan nilai rupiah atas dolar AS.

Harga kopi arabika di pasar lokal pekan ini tinggal sekitar Rp26.000 - Rp26.500 per kg dari sebelumnya Rp27.000 -Rp28.000 per kg dan harga ekspor 3,3 -3,4 dolar AS pr kg.

"Eksportir masih berusaha menahan ekspor karena harga ekspor 3,3 - 3,4 dolar AS per kg itu masih belum seimbang dnegan harga lokal meski harga sudah mulai turun menjadi Rp26.000 - Rp26.500 per kg," kata Syaidul.

Menurut dia, masih lesunya eksor kopi dan turunnya kembali harga ekspor kopi itu menimbulkan kekhawatiran devisa dari biji dan bubuk kopi Sumut pada 2010 masih tetap rendah seperti di 2009.

Pada 2009, nilai devisa biji dan bubuk kopi Sumut turun cukup besar atau mencapai 15,330 juta dolar AS dibandingkan perolehan 2008 akibat permintaan pasar yang cenderung ke jenis (grade) yang lebih rendah.

Pada 2009, nilai ekspor biji dan bubuk kopi Sumut tinggal 192,505 juta dolar AS, sementara di 2008 sudah mencapai 207,835 juta dolar AS,` katanya.

Padahal secara volume, ekspor justru meningkat sebesar 2,310 juta kg dibandingkan 2008 atau mencapai 63,948 juta kg.

Eksportir kopi Sumut, Suryo Pranoto menyebutkan, permintaan pasar ekspor ke jenis yang lebih rendah atau bukan kwalitas I (specialty) merupakan dampak dari krisis global yang sudah dimulai sejak akhir 2008.

AkibatK keuangan pengusaha dan daya beli masyarakat terganggu, maka meski tetap melakukan pembelian kopi, importir hanya membeli kopi kwalitas rendah yang harganya lebih murah.

Kondisi itu diduga masih berlangsung pada tahun ini, sehingga devisa juga diperkirakan masih tetap rendah dibandingkan 2008.

Prediksi perolehan devisa yang lebih rendah itu juga mengacu pada terjadinya penurunan produksi kopi di daerah Sumatera yang tahun ini diperkirakan bisa mencapai 30 persen akibat pengaruh cuaca dan semakin banyaknya tanaman tua.(ANT/A024)

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010