Setelah meraih sejumlah penghargaan di turnamen terbuka menembak skala regional dan nasional, nama Vidya Rafika mulai dikenal publik saat meraih satu medali perak dan satu perunggu dalam kejuaraan menembak Asia Tenggara, South East Asia Shooting Association (SEASA) di Malaysia 2017 lalu.

Di ajang yang sama pada dua tahun berikutnya yakni SEASA 2019 di Jakarta, Fika berhasil mencatatkan namanya sebagai penyabet dua medali emas.

Namanya semakin melejit dan dikenal luas pecinta olahraga lewat penampilan yang mengejutkan di ajang Sea Games 2019 Manila, Filipina.

Kala itu Fika menyabet dua medali emas sekaligus pada cabang olahraga menembak di nomor 10 meter air rifle women dan 10 meter air rifle mix berpasangan dengan Fatur Gustafian.

Prestasi Fika semakin bersinar setelah dipastikan tampil di Olimpiade Tokyo 2021. Ia memastikan satu tiket Olimpiade usai meraih hasil positif pada babak kualifikasi Asian Shooting Championship di Qatar 2019.

Di ajang tersebut ia berhasil melewati batas skor kualifikasi minimum Asia dengan raihan nilai 625,4 yang menjadikannya petembak pertama yang lolos Olimpiade melalui babak kualifikasi.

Tahun depan, Fika pun tidak hanya tampil di Olimpiade Tokyo namun juga di ajang Sea Games, kejuaraan Asia, hingga Piala Dunia menembak.

Baca juga: Cabang menembak sukses penuhi target tiga emas di SEA Games 2019

Perjalanan Karir

Terlahir dari pasangan abdi negara, M. Toyip yang berprofesi sebagai anggota kepolisian dan I Gusti Ayu Putu Indra Dewi selaku anggota TNI Angkatan Darat, tak banyak yang tahu lika-liku perjuangan anak pertama dari tiga bersaudara itu sebelum menjadi atlet menembak terkenal seperti saat ini.

Jalan terjal menuju prestasi tertinggi dilaluinya bersama sang ibu, yang juga seorang mantan atlet menembak nasional dan hingga kini masih aktif membela Kabupaten Bekasi, mulai dari dikucilkan di pemusatan latihan, ketidakjelasan kontrak atlet, bahkan hingga menjual aset pribadi demi mencukupi kebutuhan sehari-hari.

"Pernah tidak dianggap saat ikut Pelatda (pemusatan latihan daerah) dikucilkan karena tidak dimasukkan tim, sampai saya putuskan lanjut terus, nak, jangan putus asa, ibu selalu dampingi kamu," kata sang ibunda.

Tak sedikit pengorbanan yang sudah mereka dilewati namun dengan semangat juang tinggi, mental baja, serta kebulatan tekad dan dukungan penuh sang ibu, akhirnya mereka mampu melewati segala rintangan yang ada.

"Pernah juga dilarang membela Kabupaten Bekasi dan Jawa Barat, dipersulit di klausul surat kontraknya bahkan saya menjual habis seluruh perhiasan saya, cincin, gelang, kalung untuk membeli makan dan membiayai Fika tinggal di penginapan selama tiga bulan lebih agar tidak jauh dari lokasi pemusatan latihan," imbuh Sang Ibu seraya meneteskan air mata.
 
Vidya Rafika bersama ibundanya, I Gusti Ayu Putu Indra Dewi dalam sebuah acara penghargaan atlet berprestasi yang diselenggarakan salah satu hotel bersama KONI Kabupaten Bekasi di Cikarang (9/9/2020). (Foto: Pradita Kurniawan Syah).



Ibarat kata pepatah "Buah Jatuh Tidak Jauh dari Pohonnya", kini Fika sukses melanjutkan perjuangan ibunya meraih mimpi menjadi atlet menembak kebanggaan Indonesia.

Fika mengaku sudah mulai mencoba senjata sejak kelas 3 sekolah dasar. Hobi menembak mulai digemarinya saat melihat sang ibu bertanding.

"Saya senang olahraga menembak karena melihat ibu bertanding. Saat kelas 3 saya sudah mulai mencoba angkat senjata. Saya selalu ingat pesan kedua orang tua saya untuk tidak sombong dan jaga sopan santun," kata Fika.

Baca juga: Vidya Rafika tak kecewa dengan penundaan Olimpiade


Selanjutnya: Persiapan di kala pandemi

Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Copyright © ANTARA 2020