Jakarta (ANTARA) - Deputi Kajian Said Aqil Siroj (SAS) Institute Abi Rekso Panggalih mengajak kalangan elite politik untuk berhenti menebar pesimisme dan informasi-informasi yang bisa menyesatkan publik, terutama terkait perkembangan Omnibus Law UU Cipta Kerja.

"Ternyata masih banyak oknum dan elite politik yang mempertebal pesimisme dalam ketegangan politik belakangan ini. Upaya pemerintah dalam menyerap aspirasi elemen bangsa patut dimaknai positif. Bukan justru mengakumulasi hujatan yang bermuara pada fitnah. Mari kita 'tabayun' bersama" kata Abi Rekso, dalam pernyataannya, di Jakarta, Senin.

Menurut dia, upaya Presiden Jokowi untuk menyerap aspirasi dan sikap organisasi Islam perlu menjadi catatan positif publik.

Baca juga: UU Cipta Kerja, Ketua Banggar: Setop hoaks untuk provokasi buruh

Sebagaimana kabar yang disiarkan oleh Bey Machmudin selaku Deputi Bidang Protokol, Pers dan Media Sekretariat Presiden bahwa Presiden Jokowi telah mengutus Menteri Sekretaris Negara Pratikno untuk berkomunikasi dengan para pimpinan ormas Islam.

Kendati pemerintah sudah berupaya membuka pintu-pintu aspirasi publik dan ormas Islam terkait perkembangan Omnibus Law UU Cipta Kerja, kata dia, masih saja tersiar berita sumir dan menyesatkan yang membuat resah publik.

Atas dasar situasi itu, ia mengajak mereka yang selama ini masih menebar pesimisme untuk "tabayun" bersama.

Baca juga: Sahroni dukung ketegasan Polri ungkap penyebar hoaks UU Ciptaker

Ia juga menekankan bahwa pemerintah tidak bisa jalan sendirian terhadap pelaksanaan Omnibus Law UU Cipta Kerja tanpa keterlibatan elemen kebangsaan seperti Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, dan Majelis Ulama Indonesia.

Jadi, kata dia, masuk akal jika pemerintah perlu kembali mempertimbangkan sikap dan pendapat dari ormas-ormas keagamaan.

Abi Rekso menduga oknum-oknum yang selalu menebar momok pesimis dan fitnah di lingkungan masyarakat memang membawa agenda pecah belah kebangsaan.

"Sudah cukup beberapa hari lalu huru-hara di mana-mana. Kini saatnya kita mencari titik temu. Sebagai nahdliyin, saya berpegang teguh pada prinsip tasamuh (kemurahan hati), tawasuth (bertindak penuh pertimbangan), dan tawazun (bersikap moderat)," katanya.

Baca juga: Hamdi Muluk: Tokoh harus beri contoh baik bukan memprovokasi massa

Abi Rekso berharap semua pihak untuk selalu menahan diri dalam bertindak anarkis karena semua persoalan kebangsaan memang perlu diselesaikan secara arif dan bijaksana.

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2020