Foto kombinasi memperlihatkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan kandidat presiden dari Partai Demokrat, Joe Biden, berbicara selama debat pertama mereka dalam rangka kampanye presiden 2020, yang berlangsung di kampus Cleveland Clinic-Case Western Reserve University di Cleveland, Ohio, Amerika Serikat, 29/9/2020. (ANTARA/REUTERS/Brian Snyder/TM)


Debat terakhir

Kalau empat tahun lalu dia menggoreng isu email kantor yang digunakan untuk kepentingan pribadi Clinton, maka kali ini Trump konstan menyerang Biden dengan tudingan terkait korupsi di Ukraina yang disebutnya dilakukan anaknya Hunter Biden yang menjadi direksi sebuah perusahaan energi di sana, sekalipun tak ada satu pun bukti hukum dan material yang menguatkan tuduhan dia ini.

Tetapi tim kampanye Trump yakin manuver saat-saat terakhir ini akan efektif seperti terjadi pada pemilu 2016.

Masalahnya, situasi 2020 berbeda dengan situasi 2016. Saat ini rakyat AS fokus terhadap epidemi COVID-19 yang sudah merenggut 221 ribu nyawa.

Baca juga: Kasus COVID-19 di AS capai 2 juta, Biden kecam Trump
Baca juga: Biden tolak klaim Trump bahwa vaksin COVID-19 segera tersedia


Namun demikian di tengah gencarnya serangan pribadi itu, Biden tetap unggul di negara bagian-negara bagian suara mengambang yang menentukan kemenangan pemilu seperti Pennsylvania, Florida, Wisconsin dan Michigan.

Biden juga mengungguli Trump sampai selisih 28 persen dalam hal dukungan dari suara kaum perempuan non urban yang dulu menjadi pendukung setia Trump.

Pada pemilu 2016 Trump mendapatkan dukungan besar dari pemilih wanita kulit putih, tetapi kecenderungan ini tengah bergeser kepada Biden.

Trump juga tercampakkan di kalangan pemilih usia lanjut yang pada pemilu lalu mayoritas mendukung dia.

Pergeseran sikap kelompok usia lanjut di atas 65 tahun itu terjadi karena Trump meremehkan COVID-19 yang justru paling mengancam kaum usia lanjut yang di AS disebut warga senior ini.

Baca juga: Trump dikritik karena mencopot masker di Gedung Putih

Meskipun begitu, dua pekan menjelang pemilu adalah waktu yang teramat lama yang bisa membalikkan segalanya.

Apalagi itu masih ada debat calon presiden yang terakhir pada 22 Oktober di Nashville, Tennessee. Debat calon presiden ini bakal menjadi momentum bagi kedua kandidat guna mempresentasikan diri siapa dia antara yang menjadi pilihan rakyat Amerika.

Trump harus memenangkan debat ini karena pada debat pertama disebut-sebut kalah jauh dari Biden.

Sementara debat kedua yang sedianya diadakan virtual dibatalkan karena Trump menolaknya, kedua calon presiden menggelar acara televisi berformat tanya jawab dengan masyarakat. Dalam acara ini pun Trump lagi-lagi terlempar dari persaingan dengan Biden.

Debat terakhir 22 Oktober nanti akan membahas tema-tema yang umumnya disukai Biden. Mereka akan membicarakan perang melawan COVID-19, keluarga Amerika, ras, perubahan iklim, keamanan nasional, dan kepemimpinan.

Baca juga: Biden akan kampanye penghapusan rasisme di AS
Baca juga: Biden akan umumkan rencana perawatan lansia untuk dorong ekonomi AS


Biden diperkirakan akan nyaman dengan tema COVID-19, ras dan perubahan iklim. Sebaliknya, Trump bakal mendapati isu keamanan nasional dan kepemimpinan untuk menegaskan dirinya layak untuk masa jabatan kedua.

Tidak mustahil dia akan menjual ofensif diplomatik di Timur Tengah di mana sejumlah negara Arab mengakui Israel sebagai bukti kepemimpinan efektifnya. Namun saat bersamaan Biden mempunyai banyak amunisi untuk menyerang kepemimpinan internasional Trump, terutama dalam hal multilateralisme dan hubungan dengan sekutu-sekutu AS.

Namun dari berbagai jajak pendapat yang ada, rakyat Amerika lebih tertarik kepada isu COVID-19. Ini sangat dihindari Trump tetapi menjadi favorit Biden.

Debat terakhir ini kemungkinan besar tak akan liar karena diwarnai hujan interupsi sebagaimana terjadi pada debat pertama karena mikrofon akan dimatikan ketika sesi sela menyela terlalu cepat dimulai oleh kedua kandidat.

Baca juga: Peraturan baru akan diberlakukan pada debat Trump-Biden selanjutnya
Baca juga: Debat final presiden AS akan dilengkapi fitur tombol "mute"

Bagi publik, ini memberi kesempatan kepada rakyat AS dalam menilai utuh visi jelas dari pemimpin mereka dalam kaitan dengan masalah-masalah paling aktual dan urgen yang tengah mereka hadapi saat ini.

Ini bisa menjadi titik yang mungkin akhirnya menyudutkan Donald Trump.

Baca juga: Telaah - Trump atau Biden?

Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2020