kalau ternyata tidak tercapai, bisa berdampak negatif juga terhadap pasar
Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis, diprediksi masih akan dibayangi sentimen perkembangan paket stimulus di Amerika Serikat.

Rupiah dibuka menguat 13 poin atau 0,09 persen menjadi Rp14.620 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.633 per dolar AS.

Analis pasar uang PT Bank Mandiri Rully Arya Wisnubroto di Jakarta, Kamis, mengatakan rupiah melanjutkan tren penguatan yang terjadi dalam beberapa pekan terakhir.

"Penguatan memang terjadi karena beberapa sentimen positif yang mendukung, baik dari dalam maupun dari luar negeri," ujar Rully.

Dari dalam negeri, lanjutnya, sentimen didorong oleh ekspektasi menyusutnya defisit neraca transaksi berjalan sepanjang tahun ini, menyusul surplus neraca perdagangan yang terjadi dalam lima bulan berturut-turut

"Sementara dari global, harapan muncul akan disepakatinya stimulus fiskal di AS," kata Rully.

Kendati demikian, apabila ekspektasi pasar akan lolosnya paket stimulus AS tidak terealisasi, akan menjadi katalis negatif bagi rupiah.

"Tapi nanti bisa berbeda hasilnya, kalau ternyata tidak tercapai, bisa berdampak negatif juga terhadap pasar," ujar Rully

Pada Rabu (21/10) lalu, rupiah ditutup menguat 25 poin atau 0,17 persen menjadi Rp14.633 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.658 per dolar AS.

Baca juga: Rupiah berpeluang menguat seiring ekspektasi disepakati stimulus AS
Baca juga: Rupiah ditutup menguat tajam, saat pasar pantau progres stimulus AS
Baca juga: Mendag: Tarif nol rupiah PNBP penerbitan SKA telah diberlakukan

 

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2020