Bandung (ANTARA) - Direktorat Bina Teknik Sumber Daya Air (Bintek SDA) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (sebelumnya Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air Pusair) memamerkan 10 teknologi siap terap padat karya kepada masyarakat.

Pameran tersebut digelar secara daring malalui zoom meeting dan kanal Youtube di Kantor Direktorat Bina Teknik SDA Jalan Ir H Djuanda Kota Bandung, Jumat, karena sedang masa pandemi COVID-19.

Ke-10 teknologi siap terap padat karya yang diperkenalkan Direktorat Bintek SDA ialah Akuifer Buatan Simpanan Air Hujan atau Absah Konvensional, Blok Beton 3B untuk pembuatan tanggul pesisir.

Kemudian Box Tersier untuk irigasi, Bendung Modular, Pompa Air Tenaga Hidro, Saluran Irigasi Modular dan Gun Sprinkler untuk menyiram tanaman di lahan pertanian.

Baca juga: Sleman normalisasi saluran dan pangkas pohon antisipasi bencana

Baca juga: Atasi genangan musim hujan, Yogyakarta bersihkan sumur peresapan


Kepala Subdirektorat Teknologi dan Peralatan Infrastruktur SDA Bintek SDA Nur Fizili Kifli di sela pameran mengatakan ke-10 teknologi siap terap yang diperkenalkan Direktorat Bintek SDA adalah teknologi yang bisa dibangun atau dibuat swadaya masyarakat sehingga mendukung program padat karya tunai.

"Jadi Diseminasi Teknologi Siap Terap Padat Karya Tunai atau PKT Bidang SDA dengan memperkenalkan 10 Teknologi Siap Terap Padat Karya yang bisa dilakukan mulai dari tingkat desa. Mereka pun siap melakukan pendampingan di lapangan," kata dia.

Ia mengatakan kelompok masyarakat dapat mengakses informasi teknologi tersebut secara langsung dan dapat menerapkan teknologi dalam kegiatan padat karya yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah maupun pelaku UMKM.

Menurut Nur, perkenalan kembali 10 teknologi yang mereka rekomendasikan untuk program padat karya tunai bukan teknologi baru, tapi ini siap diterapkan dan sudah teruji hasilnya dan sudah diujicobakan di beberapa daerah di Jawa Barat semisal di Majalengka itu Modular knockdown, tapi memang uji coba belum ke masyarakat luas.

Ia mengatakan, sosialisasi teknologi yang bisa diterapkan dalam padat karya tersebut diarahkan pada BBWS, pemerintah daerah dan mahasiswa.

Masyarakat bisa terlibat langsung jika pemerintah maupun komunitas yang mendapatkan anggaran padat karya mengadopsi teknologi tersebut.

"Jadi kami di Direktorat Bina Teknis, kita rekomendasi ke BBWS untuk diterapkan. Teknologi ini bisa libatkan masyarakat. Semua teknologi bisa diterapkan. Sehingga melalui BBWS yang punya wilayah jadi masyarakat bisa meminta dan kami bisa melakukan pendampingan," kata dia.

Absah Konvensional

Salah satu teknologi yang ditawarkan yang cocok untuk musim hujan seperti saat ini yaitu Akuifer Buatan Simpanan Air Hujan (ABSAH) Konvensional yang merupakan salah satu bangunan konservasi sekaligus pendayagunaan air.

Bangunan ABSAH merupakan infrastruktur penyediaan air baku mandiri dengan prinsip kerja menampung air hujan dalam tampungan yang disaring dengan media akuifer buatan (kerikil,pasir, bata merah, batu gamping, ijuk dan arang).

Selain itu, ABSAH cocok diterapkan untuk penyediaan air baku di daerah kering, daerah sulit air karena faktor geologi dan iklim, pulau-pulau kecil, serta daerah berair asin.

Selain itu, ada juga teknologi ABSAH Modular merupakan sarana penampungan air hujan untuk pemenuhan kebutuhan domestik (air bersih dan air hujan).

Penerapan teknologi pada ABSAH Modular ini sangat membantu penyediaan air bersih dan minum masyarakat dari air hujan yang memenuhi baku mutu untuk melayani standar kebutuhan air baku sehingga masyarakat yang tinggal di daerah sulit air akan terbantu secara sosial atau ekonomi karena tidak harus membeli air.*

Baca juga: DKI siapkan pompa dan keruk saluran air untuk antisipasi banjir

Baca juga: Saluran samping gedung Plaza Sentral dikeruk antisipasi musim hujan

Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020