Malang (ANTARA News) - Kongres Sepakbola Nasional (KSN) di Malang, Jawa Timur, yang berlangsung panas akhirnya menelorkan tujuh rekomendasi tanpa kata "pemakzulan" kepada pucuk pimpinan organisasi olahraga tertua di Indonesia itu.

Padahal sebelum KSN digelar, kata pemakzulan akrab di telinga masyarakat karena hebatnya opini yang berkembang ke arah itu.

Rekomendasi KSN itu mulanya delapan butir, namun butir terakhir menyangkut pembentukan Dewan Sepakbola Nasional yang diisi berbagai unsur di luar PSSI, dikecam keras oleh utusan PSSI sehingga Pemimpin Sidang Agum Gumelar terpaksa menghapuskannya.

Pada Sidang Komisi A (organisasi), B (Pembinaan) dan C (Dana dan umum), pemakzulan tidak disebut-sebut, kendati sidang Komisi A hingga sekitar pukul 01.00 Rabu dini hari, berlangsung panas.

Atmosfer tegang juga terjadi pada sidang pleno 2, dengar pendapat dari unsur PSSI, KONI dan PWI serta peserta khusus, termasuk setelah delapan rekomendasi dibacakan Ketua Tim Perumus Agum Gumelar. Terjadi silang pendapat antarpeserta sidang.

Kongres yang digelar atas permintaan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu menjadi ajang `adu pendapat` tingkat tinggi antar peserta kongres, di mana unsur peserta dari PSSI tampil amat solid, mengetahui benar masalah yang dihadapinya.

Berbagai pihak termasuk Presiden Yudhoyono mengatakan bahwa kongres itu murni untuk mencari solusi agar persepakbolaan nasional menjadi `macan` di kancah kompetisi regional dan internasional. Selama kepemimpinan Nurdin Halid yang sudah tujuh tahun, "menjadi macan" itu tidak pernah terjadi sehingga Presiden terpanggil mewujudkannya dan meminta PWI menjadi fasilitator penyelenggaraan kongres.

Kongres sepakbola ini diperhatikan luas oleh publik, karena pencetusnya adalah orang nomor satu di negara ini dan dia tidak meminta induk organisasi sepakbola nasional itu untuk menyelenggarakannya. Dia memilih pihak lain (PWI), dan mungkin ini difasirkan berbeda-beda oleh banyak kalangan.

Peserta kongres, pakar komunikasi Effendi Ghazali, dalam sidang pleno pertama sempat bertanya, apakah semua orang yang hadir dalam sidang itu faham arti komunikasi Presiden Yudhoyono dan apa yang dimauinya dalam memajukan sepakbola nasional itu.

Effendi seolah ingin mengatakan, Yudhoyono menginginkan kongres itu tidak sekedar mengeluarkan rekomendasi tentang restrukturisasi dan reformasi dalam pesepakbolaan nasional, termasuk mencari tokoh layak di puncak organisasinya. Tetapi KSN bukan tempat pemakzulan dan pengurus PSSI kukuh dengan komitmen mereka.

Mantan ketua umum PWI Sofyan Lubis yang ikut menghadiri sidang komisi A pun mengaku kesulitan memahami arah sebenarnya kongres itu. "SBY meminta agar sepak bola nasional bangkit, tetapi perjalanan kongres ini tidak dapat difahami ke mana arahnya," katanya.

Sebaliknya, Nurdin Halid amat siap menghadapi KSN, baik sebelum maupun sepanjang kongres berlangsung.

Ketika mengomentari `statuta FIFA` yang diterapkan federasi nasional, Nurdin balik menyerang Ketua Umum KONI Rita Subowo dan Sarman Panggabean. Bahkan Agum Gumelar pun dikecamnya karena tidak memasukkan hasil sidang komisi yang dianggapnya cerdas, sebagai butir rekomendasi.

"Atas angin"

Dalam istilah silat, posisi Nurdin itu di `atas angin.' Dia mengetahui langkah lawan, sekaligus mampu mematikan permainan.

Sayangnya, pihak kontra kemapanan, tidak memiliki strategi yang jelas dan persiapan khusus dalam memasuki `rumah` PSSI yang amat solid itu. Mereka juga tidak mempersiapkan tokoh khusus untuk memengaruhi opini peserta sidang.

Effendi Ghazali bahkan memberi nilai 95 untuk presentasi Nurdin yang memang tampak amat akurat. Lucunya, tidak ada yang mempertanyakan kapan `blue print` tebal berjilid-jilid itu dibuat, kapan mulai diterapkan di lapangan, dan dikaitkan dengan merosotnya prestasi sepakbola nasional belakangan ini.

Seandainya kongres merekomendasikan kongres luar biasa (KLB) pun, mungkin Nurdin menanggapinya biasa-biasa saja, karena KLB itu akan diadakan PSSI dan dia akan terpilih lagi menjadi Ketua PSSI, bahkan mungkin dengan 100 persen suara, kendati menghadapi risiko menjadi `musuh` publik sekalipun.

KSN usai sudah, menelurkan tujuh rekomendasi ideal yang secara umum ada pada organisasi olahraga manapun. Kongres itu tak ubahnya kongres PSSI biasa.

Yang jelas, perhelatan ini memesankan hasrat bersatu di dunia sepakbola nasional yang memang tengah terpecah. Lumrah pula jika ada nuansa politis di dalamnya, namun rekomendasi telah disampaikan, tinggal implementasinya saja.

Ketika menutup kongres, Menpora Andi Mallarangeng menandaskan, hasil kongres menjadi pegangan pemerintah dan akan dikawal pengejawentahannya demi membangun sepakbola nasional yang lebih baik. (*)

A008/H-KWR/AR09

Oleh A.R. Loebis
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010