Ilustrasi -- penggemar (Istimewa) (Istimewa/)

Mempengaruhi penampilan

Tidak itu saja, ketiadaan penonton membuat atlet-atlet golf menjadi mendadak rajin melihat leaderboard atau papan klasemen, padahal dulu sebelum pandemi menjungkirbalikkan agenda-agenda olahraga nyaris tidak ada yang memperhatikan leaderboard.

Itu karena atlet golf tak lagi mendengar riuh rendah penonton di lapangan golf yang justru mengingatkan mereka tentang apa yang terjadi di lapangan dan apa yang dilakukan lawan-mereka, misalnya saat lawan mereka menciptakan birdie.

Lebih unik lagi, sejumlah pegolf kini menjadi berhati-hati saat berbicara dengan caddy yang sering menjadi pendamping mereka dalam berstrategi di lapangan.

Ketiadaan gemuruh dari penonton membuat kamera televisi fokus menangkap suara terkeras di lapangan, dan itu adalah obrolan pegolf dan caddy mereka.

Laurie Heller menyebut ketiadaan penonton yang membuat atlet hati-hati bersuara keras membahas strategi di lapangan karena bisa tertangkap kamera ini sebagai hilangnya "privasi audio."

Ketika Bundesliga pertama kali direstart, suara-suara lapangan seperti itu, terutama umpatan dan kalimat vulgar yang entah dari pemain atau dari pelatih, terdengar jelas ke seisi stadion. Dan semua itu tertangkap telinga penonton televisi di rumah.

Baca juga: Bayern harus awali Bundesliga tanpa penonton

Saluran televisi kemudian mengakalinya dengan mengimbuhkan rekaman suara penonton dari laga-laga yang sudah lewat pada pertandingan yang sedang disiarkan langsung.

Di NBA hal seperti ini juga terjadi. Para pemain NBA dan pelatihnya kini menjadi lebih setengah berbisik dalam membahas strategi di lapangan karena kalau sampai lantang bersuara bakal didengarkan oleh lawan dan juga tertangkap kamera televisi.

NBA juga menyiasati tribun-tribun yang kosong dengan menghadirkan penonton-penonton virtual di stadion ke dalam stadion, demi menampilkan efek ada manusia di tribun penonton.

Tetapi para pemain NBA, dan juga liga bisbol di AS, berasa aneh melihat itu semua karena mereka tetap melihat kursi-kursi penonton kosong melompong sekalipun ada hologram penonton di setiap kursi.

Baca juga: Microsoft dan NBA siapkan tempat virtual bagi penonton di arena basket

"Itu malah mengalihkan perhatian orang, padahal apa pun yang mengalihkan konsentrasi akan mempengaruhi penampilan kita," kata Heller seperti dikutip Los Angeles Times.

Kondisi itu juga membuat atlet malah mengalami apa yang disebut Heller "keterputusan audiovisual."

Manusia pada dasarnya merelasikan hubungan antara apa yang mereka lihat dan apa yang mereka dengar. Dalam kerangka pikir ini, atlet akan berasa aneh manakala dia sudah tampil demikian bagusnya tetapi tidak orang yang mengapresiasinya dengan sorak sorai atau tepuk tangan membahana.

Tapi tak semua atlet mengeluhkan hilangnya motivasi saat bertanding akibat penonton tak hadir langsung di stadion. Karena ada juga yang mau menerimanya. Bagi mereka ini, yang mungkin punya anggapan 'alah bisa karena biasa' itu, semua yang baru bakal menjadi biasa, menjadi kebiasaan baru, alias normal baru.

Dan atlet-atlet yang cepat fokus beradaptasi dengan lingkungan baru inilah yang akan konsisten bermain baik.

"Jujur saja saya malah jadi menemukan semacam lingkungan yang menyenangkan," kata forward Portland Trail Blazers Carmelo Anthony.

Tetapi berapa banyak atlet seperti Anthony ini karena kebanyakan atlet dan manusia terpicu adrenalinnya manakala mereka tahu dirinya disaksikan banyak orang.

Baca juga: Presiden FIFA: kesehatan pemain lebih penting dibandingkan sepak bola
Baca juga: Ketika sepak bola kembali, artinya mimpi buruk berakhir

Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2020