Disiplin dalam manajemen biaya operasional yang didukung dengan penerapan teknologi digitalisasi dalam transaksi perbankan telah membantu bank untuk terus meningkatkan rasio efisiensi yang berkelanjutan
Jakarta (ANTARA) - PermataBank mencatatkan pertumbuhan pendapatan operasional sebelum pencadangan sebesar Rp2,6 triliun, atau naik 20,4 persen year-on-year (yoy) pada triwulan III-2020, karena dukungan posisi permodalan yang sangat kuat dan likuiditas yang terjaga optimal.

Direktur Utama PermataBank Ridha DM Wirakusumah dalam pernyataan di Jakarta, Kamis, menyatakan pencapaian ini merupakan upaya bank untuk mempertahankan kinerja yang solid dan terjaga meski terjadi perlambatan ekonomi.

"Optimisme terhadap kinerja di Kuartal III 2020 yang terjaga solid di tengah hantaman krisis keuangan global akibat pandemi, merupakan usaha Bank dalam mempertahankan pembukuan laba usaha, kualitas aset yang tetap terkendali, menjaga likuiditas secara optimal dan posisi permodalan yang sangat kuat," katanya.

Ia menjelaskan pertumbuhan pendapatan operasional sebelum pencadangan itu dikontribusikan oleh pertumbuhan pendapatan bunga bersih sebesar 8,6 persen dan pendapatan non-bunga sebesar 9,0 persen (yoy).

Pencapaian ini juga diikuti dengan perbaikan rasio marjin bunga (NIM) menjadi 4,4 persen, atau meningkat dari 4,2 persen dari periode yang sama 2019.

"Disiplin dalam manajemen biaya operasional yang didukung dengan penerapan teknologi digitalisasi dalam transaksi perbankan telah membantu bank untuk terus meningkatkan rasio efisiensi yang berkelanjutan," kata Ridha.

Sementara itu, tambah dia, Cost to Income Ratio (CIR) tercatat sebesar 59,8 persen, membaik secara signifikan dibandingkan posisi tahun lalu sebesar 63,6 persen.

Kondisi itu sejalan dengan peningkatan jumlah transaksi digital PermataBank selama tahun 2020 seiring dengan tingginya kegiatan nasabah di dalam rumah selama masa New Normal.

Peningkatan layanan digital itu terlihat dari pertumbuhan volume transaksi mobile banking sebesar 69 persen dan API (application programming interface) sebesar 400 persen yang lebih tinggi dibandingkan volume transaksi sepanjang 2019.

Sejalan dengan prinsip kehati-hatian dalam menghadapi dampak COVID-19, PermataBank juga telah mengalokasikan biaya pencadangan penurunan kualitas aset yang cukup signifikan sebesar Rp1,86 triliun pada triwulan III-2020.

Kebijakan ini dilakukan dengan memperhitungkan potensi peningkatan kerugian kredit sebagai akibat dari perlambatan pertumbuhan perekonomian yang berdampak pada profil risiko portofolio kredit.

Selain itu, melalui program penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan (PPh) dari 25 persen menjadi 22 persen yang berlaku efektif di bulan Maret 2020, bank juga mengakui tambahan beban pajak tangguhan yang berdampak pada penurunan laba setelah pajak.

Dalam kesempatan ini, ia menambahkan bank mengalami perlambatan pertumbuhan kredit karena adanya pelemahan pertumbuhan ekonomi serta adanya penerapan prinsip kehati-hatian untuk menjaga kualitas portofolio kredit.

Bank juga melaksanakan program restrukturisasi dan relaksasi kredit bagi nasabah yang terdampak COVID-19 dengan realisasi sampai akhir September 2019 telah mencapai 11,6 persen dari portofolio kredit.

Rasio kredit bermasalah (NPL) gross tercatat sedikit meningkat ke level 3,8 persen dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar 3,3 persen, dengan NPL net yang terjaga pada level 1,5 persen dibandingkan posisi September 2019 sebesar 1,2 persen.

"Bank melakukan upaya berkelanjutan untuk perbaikan NPL melalui restrukturisasi kredit bermasalah, penghapusan kredit, penjualan kredit NPL dan pertumbuhan kredit good book," kata Ridha.

Posisi likuiditas Bank terjaga dengan baik dibuktikan dengan rasio likuiditas Loan-to-Deposit Ratio (LDR) optimum sebesar 74,5 persen di September 2020 dan rasio CASA tercatat sebesar 50,8 persen, meningkat 103 basis poin dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Ridha menambahkan total dana simpanan masyarakat tumbuh sebesar 11,1 persen (yoy), dengan kontribusi terbesar dari pertumbuhan produk Giro sebesar 18,3 persen, diikuti oleh Tabungan dan Deposito masing-masing 8,2 persen dan 8,9 persen (yoy).

"Hal ini menunjukkan bahwa di tengah kondisi ekonomi yang sulit PermataBank masih dipercaya oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan transaksi perbankan dan mengelola operasional bisnis serta kebutuhan likuiditasnya dengan baik," ujarnya.

Dari sisi permodalan, rasio Common Equity Tier 1 (CET-1) dan rasio kecukupan modal (CAR) terjaga kuat pada September 2020 masing-masing sebesar 20,5 persen dan 21,6 persen, meningkat dibanding 18,6 persen dan 19,8 persen pada periode sama 2019, jauh lebih tinggi dari ketentuan minimum modal yang berlaku.

Baca juga: PermataBank lakukan standar baru dalam pemanfaatan internet banking
Baca juga: PermataBank hadirkan inovasi digital kepada nasabah syariah

 

Pewarta: Satyagraha
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2020