tujuan meningkatkan peran laboratorium peternakan sebagai sarana penting mendukung tercapainya visi, misi dan tujuan institusi
Malang, Jawa Timur (ANTARA) - Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mengembangkan jamu herbal untuk ternak yang diberi nama "Siyuna" sebagai pengganti Antibiotic Growth Promoter (AGP).

"Jamu sangat memungkinkan sebagai pengganti antibiotik imbuhan pakan (AGP) dalam pakan ternak, karena bersifat alami dan tanpa efek samping," kata Ketua Program Pengembangan Usaha Produk Intelektual Kampus (PPUPIK) Prodi Peternakan UMM Dr Adi Sutanto di Malang, Kamis.

Sebab, kata Adi, dalam herbal terkandung berbagai zat aktif (fitobiotik), antara lain terpenoid, phenolic (Tanin), glikosida dan alkaloid (alkohol, aldehida, keton, ester, eter, lakton).

Fitobiotik tersebut secara sinergi bisa merangsang enzim pencernaan endogen, bertindak sebagai antioksidan, agen antimikroba atau imunomodulator.

Indonesia terkenal sebagai negara yang kaya akan flora, ditemukan beberapa ribu jenis tanaman obat di Indonesia yang potensial sebagai bahan pakan tambahan (feed suplement) maupun sebagai "feed additive".

Oleh karena itu, lanjutnya, usaha pemerintah untuk mencapai swasembada produk ternak (daging, susu, telur) perlu didukung dengan melakukan usaha ketahanan pakan ternak di Tanah Air, sehingga pakan ternak bisa tersedia secara kontinu dengan kualitas dan kuantitas baik serta harga yang murah.

Kualitas pakan ternak menentukan kesehatan ternak yang bisa memengaruhi kesehatan manusia sebagai konsumen. Guna meningkatkan produktivitas ternak, penggunaan "feed additive" menjadi salah satu alternatif pilihan untuk ditambahkan pada pakan ternak, salah satunya antibiotik.

Antibiotik banyak digunakan sebagai AGP dalam pakan ternak di seluruh dunia untuk memacu pertumbuhan ternak agar tumbuh lebih besar dan dalam waktu lebih cepat serta mencegah infeksi, namun penggunaan AGP dalam pakan memberikan dampak negatif dan merugikan, baik dari segi ekonomis maupun kesehatan masyarakat.

Baca juga: Campuran air kelapa, jeruk nipis, dan garam dapat obati COVID-19? Ini faktanya

Dampak negatif penggunaan antibiotik sintetis, antara lain membatasi pertumbuhan dan kolonisasi sejumlah bakteri usus yang menguntungkan, termasuk Lactobacillus (pensilin), Bifidobacteria (Ampicillin), Boeteroides (Clindamycin) dan Enterococci (Kanamycin).

Selain menyebabkan resistensi, AGP juga sering menyebabkan residu antibiotik dalam daging dan organ-organ visceral, yang bisa mengganggu keamanan pangan asal daging khususnya daging unggas.

Melihat kondisi itu, Tim PPUPIK mulai mencari alternatif dan berhasil mengembangkan jamu herbal untuk ternak melalui dana hibah Kementerian ristek/BRIN pada 2020.

Kegiatan ini dikembangkan di lingkungan Technopark Prodi Peternakan UMM dengan tujuan meningkatkan peran laboratorium peternakan sebagai sarana penting mendukung tercapainya visi, misi dan tujuan institusi.

Program ini juga dikuatkan oleh tim ahli bidang pakan Prof Dr Wahyu Widodo (bidang kesehatan ternak), Dr Imbang Dri Rahayu (bidang pengembangan sumber daya), Dr Tri Sakti Handayani, dan ahli teknologi pangan Apriliana Devi Anggraini.

Jamu ternak PPUPIK dengan merek Siyuna merupakan produk jamu yang diformulasikan khusus untuk ternak ayam dan sedang dikembangkan untuk ternak nonunggas. Tim PPUPIK Prodi Peternakan UMM saat ini juga sedang membangun kerja sama dengan pelaku usaha dan kelompok peternak yang berorientasi pada pengembangan ternak berbasis herbal.

Produk jamu herbal Siyuna berbahan baku jahe, kencur, kunyit, laos, lempuyang, dan kunyit, untuk peningkatan produktivitas (Siyuna Jaga Produktif), guna peningkatan nafsu makan (Siyuna Jaga Rakus), dan menjaga sehat (Siyuna Jaga Sehat).

Produk jamu herbal tersebut saat ini sudah dikembangkan dan dapat dengan mudah didapatkan pada media daring, baik Tokopedia maupun Shopee.

"Melalui unit usaha jamu ini diharapkan bisa meningkatkan keterampilan dan pengalaman kerja bagi mahasiswa Jurusan Peternakan, khususnya terkait dengan program PUP, menumbuhkan budaya komersialisasi hasil penelitian dosen maupun mahasiswa dan membangun kerja sama dengan pelaku usaha yang bergerak dalam pemasaran produk pangan organik," paparnya.

Tujuan dari program unit usaha jamu herbal untuk ternak ini adalah penginian ilmu pengetahuan dan teknologi di perguruan tinggi yang pendanaannya dari Kemenristek/BRIN dan hasil program pengembangan usaha produk intelektual kampus (PPUPIK).

"Selain dalam bentuk kinerja yang berbasis ekonomi, capaian akademik yang dihasilkan disebarluaskan dalam bentuk artikel ilmiah dalam jurnal/majalah internasional," ucapnya.

Baca juga: BPOM: Jamu untuk tingkatkan imun tubuh bukan membunuh virus
Baca juga: Pengamat: Pemerintah agar buktikan khasiat herbal Nusantara anticorona
Baca juga: Satgas Unmul-IDI dan jamu penguat imunitas cegah COVID-19

Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2020