Brussels (ANTARA) - Uni Eropa (EU) akan membiayai pemindahan pasien COVID-19 lintas batas dalam blok tersebut agar pihak rumah sakit tidak kewalahan saat infeksi dan pasien rawat inap di benua Eropa meningkat.

Usai membahas krisis kesehatan melalui konferensi video pada Kamis (29/10), Kepala Komisi Uni Eropa Ursula von der Leyen mengatakan pimpinan EU telah menyediakan 220 juta euro (sekitar Rp3,7 triliun) untuk pemindahan pasien COVID-19 lintas batas.

"Penyebaran virus akan membuat sistem kesehatan kita kewalahan jika kita tidak segera bertindak," katanya.

Pada pertemuan itu, para pemimpin sepakat untuk mengoordinasikan upaya yang lebih baik dalam memerangi virus saat kasus di Eropa menembus angka 10 juta.

Dengan angka tersebut, Eropa kembali menjadi benua pusat pandemi.

Negara-negara Uni Eropa ingin menghindari perpecahan, yang membayangi blok 27 negara tersebut pada awal pandemi, saat negara-negara bersaing untuk memborong peralatan medis yang langka.

Untuk melacak infeksi dengan lebih baik, von der Leyen mengatakan EU akan melakukan validasi segera pada tes antigen cepat di tingkat Uni Eropa.

Tes tersebut memungkinkan hasil yang lebih cepat daripada alat molekul PCR standar.

Komisi juga menggencarkan upayanya untuk mendapatkan calon vaksin COVID-19.

Ia mengatakan EU sedang dalam pembicaraan dengan empat perusahaan, dan telah mengamankan kontrak pasokan vaksin dengan tiga perusahaan lainnya.

Uni Eropa telah mengamankan calon vaksin yang dikembangkan oleh AstraZeneca, Sanofi, dan Johnson & Johnson.

EU juga mengatakan sedang menjalani perundingan dengan Moderna, CureVac, serta kemitraan Pfizer dengan BionTech.

Reuters pada September melansir bahwa Uni Eropa juga sedang berada dalam pembicaraan awal dengan Novavax.

Pemimpin rapat, Charles Michel, mengatakan para pemimpin Uni Eropa berkomitmen pada pendistribusian vaksin secara merata, begitu vaksin tersedia.

Michel menuturkan rencana vaksinasi tingkat nasional sangat penting guna memastikan bahwa dosis vaksin terbatas pertama dapat langsung diberikan bagi mereka yang paling membutuhkan.

Namun, banyak negara belum menetapkan rencana vaksinasi. Mereka juga memiliki target yang berbeda.

Sumber: Reuters

Baca juga: Prancis dan Jerman kembali 'lockdown' karena COVID-19

Baca juga: WHO anggap Eropa tak perlu terapkan penguncian nasional

Baca juga: EU pesan vaksin COVID-19 Johnson & Johnson untuk 400 juta orang


 

Amankan vaksin COVID-19, Menlu ke Inggris & Swiss

Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2020