Sampah organik seharusnya tidak boleh keluar dari rumah
Jakarta (ANTARA) - Perusahaan pengelolaan sampah PT Mountrash Avatar Indonesia mengajak pengembang properti untuk membangun perumahan yang dilengkapi fasilitas pengolahan sampah dengan metode biodigester di setiap rumah.

"Sampah organik seharusnya tidak boleh keluar dari rumah. Para pengembang properti atau developer real estate harus membangun biodegester di setiap rumah. Sampah bisa diolah untuk menghasilkan listrik, bisa untuk memasak hingga mengisi baterai mobil listriknya,” kata CEO PT Mountrash Avatar Indonesia Gideon W. Ketaren dalam keterangannya di Jakarta, Jumat.

Fasilitas pengolahan sampah itu untuk mengolah sampah yang dihasilkan dari perumahan atau pemukiman warga sehingga lebih bermanfaat. Ke depan, semua pengembang properti harus melengkapi fasilitas green building tersebut dalam setiap perumahan untuk mengolah sampah.

Pendiri startup pengelolaan sampah tersebut menilai sampah di perumahan atau pemukiman tidak boleh dibawa keluar dan harus diolah agar digunakan kembali di kawasan tersebut. Hal ini sekaligus mengajak partisipasi warga dalam mengatasi sampah dan sekaligus mendayagunakan dengan pengolahan di tingkat perumahan.

Menurut Gideon, pengolahan sampah di tiap rumah itu bisa dimulai dengan membangun biodigester yaitu pengolahan sampah dengan metode mengubah limbah organik menjadi biogas. Untuk itu, setiap pengembang properti yang membangun perumahan baru wajib menyertakan biodigester atau fasilitas lainnya. Sehingga semua sampah organik dari rumah bisa diolah dan dimanfaatkan lagi di setiap rumah warga tersebut.

Gideon menjelaskan pembangunan fasilitas pengolah sampah biodigester sejalan dengan konsep green building sekaligus menciptakan ekonomi sirkular. Selain listrik, sampah organik juga bisa diolah menjadi pupuk organik dan pakan ternak sehingga bisa dimanfaatkan lagi.

“Inilah ekonomi sirkular yang menumbuhkan aktivitas ekonomi baru. Pemerintah seperti DKI Jakarta dan wilayah lainnya, perlu menerapkan aturan agar sampah perumahan bisa dioptimalkan lagi. Salah satunya dengan biodigester," ujarnya.

Gagasan biodigester dan fasilitas pengolahan sampah ini disampaikan Gideon dalam diskusi bersama dengan peserta pelatihan bank sampah digital bagi perwakilan komunitas masyarakat se-DKI Jakarta, termasuk para generasi muda. Pelatihan tersebut digelar selama dua hari pada 27–28 Oktober 2020, dengan dihadiri perwakilan dari Biro Ekonomi Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta.

Pelatihan tersebut menjadi program yang bertujuan untuk pendayagunaan sampah melalui bank sampah di seluruh Indonesia, dengan memanfaatkan sistem digital. Pemprov DKI Jakarta memberi apresiasi atas hadirnya aplikasi Mountrash yang diharapkan dapat mengolah sampah di DKI Jakarta dan menumbuhkan ekonomi sirkular.

Dalam acara tersebut juga dilakukan penandatanganan MoU antara Mountrash dan Klontonk Dayaguna Indonesia yang diwakili oleh CEO sekaligus Ketua Umum Gerakan Anti Covid-19 Yonacta Yani, dalam program pemberdayaan sampah di DKI Jakarta dengan menggandeng Pos Lingkungan Gerakan Anti Covid-19.

Terkait dengan pengolahan dan pendayagunaan warga terkait sampah, sebenarnya Pemprov DKI Jakarta juga terus berupaya untuk mengurangi jumlah sampah. Pemprov telah mengeluarkan Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 77 Tahun 2020 tentang Pengelolaan Sampah pada Lingkup Rukun Warga (RW). Melalui beleid ini, rumah tangga diwajibkan untuk mengelola sampah sehingga tidak langsung dibuang. Namun, pengolahannya lebih banyak dengan konsep maggot treatment yang belum berjalan efektif.

Baca juga: Regulasi tak efektif, pemerintah diminta bentuk badan pengelola sampah
Baca juga: Mountrash luncurkan layanan pengelolaan sampah perumahan dan apartemen

Pewarta: Faisal Yunianto
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2020