Chisinau (ANTARA) - Pemilihan presiden Moldova pada Minggu (1/11) tampaknya akan masuk ke putaran kedua saat petahana pro Rusia, Igor Dodon, memimpin atas lawan utamanya yang pro Barat tetapi tidak cukup untuk menang langsung di putaran pertama.

Dodon memimpin dengan perolehan suara 36,14 persen, sementara saingannya, mantan Perdana Menteri Maia Sandu, mendapat 31,32 persen, menurut data awal dari komisi pemilihan yang telah menghitung 80 persen suara.

Seorang kandidat membutuhkan lebih dari 50 persen suara untuk menghindari putaran kedua 15 November, yang akan menjadi pengulangan pemilu 2016, ketika Dodon mengalahkan Sandu di putaran kedua.

Dodon mengambil alih kekuasaan empat tahun lalu setelah kekuatan politik pro Barat terperosok dalam skandal.

Sandu, mantan ekonom Bank Dunia dan lulusan Harvard yang terkenal karena sikap kerasnya terhadap korupsi, memimpin pemerintahan koalisi tahun lalu.

Namun, pemerintahannya dijatuhkan beberapa bulan kemudian melalui mosi tidak percaya.

Pilpres di negara berpenduduk 3,5 juta itu, tempat Barat dan Rusia bersaing untuk mendapatkan pengaruh, berlangsung di bawah bayang-bayang pandemi virus corona.

Pandemi telah menyebabkan ekonomi salah satu negara termiskin di Eropa itu merosot tajam.

Sumber: Reuters
Baca juga: Rakyat Moldova pilih presiden di tengah pandemi COVID-19
Baca juga: Moldova larang WNA masuk pesawat dari negara terjangkit corona
Baca juga: Cegah COVID-19, Rusia hentikan perjalanan ke Latvia, Ukraina, Moldova

Penerjemah: Tia Mutiasari
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2020