Saya mendapatkan angka bahwa konsumsi rumah tangga masih pada angka minus, kurang lebih minus empat persen (di kuartal III 2020), sehingga menjadi kewajiban kita semua untuk memperkuat demand (permintaan).
Jakarta (ANTARA) - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menginginkan pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan investasi dapat membaik pada kuartal IV-2020, setelah laju dua sektor pengeluaran tersebut nyaris dipastikan masih berada di level negatif pada kuartal III-2020.

“Saya mendapatkan angka bahwa konsumsi rumah tangga masih pada angka minus, kurang lebih minus empat persen (di kuartal III 2020), sehingga menjadi kewajiban kita semua untuk memperkuat demand (permintaan),” kata Presiden Jokowi saat membuka sidang kabinet paripurna di Istana Negara, Jakarta, Senin.

Laju konsumsi rumah tangga yang mencakup lebih dari setengah Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada kuartal II 2020, minus hingga 5,51 persen.

Baca juga: Presiden: Pemulihan ekonomi kuartal I 2021 dikebut dari sekarang

Presiden Jokowi meminta jajarannya untuk merealisasikan anggaran belanja hingga ke “titik maksimal” di kuartal IV 2020 untuk menopang permintaan dan konsumsi masyarakat.

"Kuartal yang keempat, ini adalah kuartal terakhir. Saya harapkan realisasi belanja kita betul-betul harus berada pada titik yang paling maksimal," ujarnya. ​​

Selain konsumsi rumah tangga, Presiden mengungkapkan pertumbuhan investasi di kuartal III-2020 juga masih berada di level negatif, yakni mencapai minus lima persen, bahkan bisa mencapai minus enam persen.

“Saya sudah mewanti-wanti kepada Kepala BKPM dan Menko Maritim dan Investasi agar paling tidak di kuartal III 2020 ini bisa minus di bawah lima persen, tapi ternyata belum bisa,” ujar Presiden.

Baca juga: Presiden: Perpanjangan GSP AS peluang perbaiki investasi

Maka dari itu, aliran investasi harus ditingkatkan di kuartal IV-2020. Presiden berharap dengan keputusan Amerika Serikat yang memperpanjang keringanan bea masuk bagi Indonesia atau fasilitas tarif preferensial umum (Generalized System of Preferences/GSP) dapat menarik minat investasi ke dalam Indonesia.

“Karena kita ada fasilitas itu (GSP), karena orang ingin mendirikan industri, pabrik, perusahaan di Indonesia akan menjadi lebih menarik karena untuk masuk ke AS, kita diberikan fasilitas dari AS,” ujar Presiden.

Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020