La Nina akan menyebabkan curah hujan yang sangat tinggi bahkan dapat memicu banjir. Hal ini akan memperbesar risiko kegagalan panen
Jakarta (ANTARA) - Sekretaris Umum (Sekum) Dewan Pengurus Pusat (DPP) Serikat Petani Indonesia (SPI) Agus Ruli Ardiansyah meminta Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian dapat mengantisipasi potensi anjloknya harga gabah akibat fenomena La Nina.

Berdasarkan data BMKG, Indonesia akan mengalami fenomena La nina yakni cuaca musim hujan dengan itensitas yang tinggi yang dimulai pada Oktober 2020 hingga April 2021 di wilayah Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua.

Menurut Agus, risiko kegagalan panen cukup tinggi karena di beberapa wilayah tanaman padi banyak yang terendam banjir,dan karena curah hujan yang tinggi, harga gabah bisa anjlok di bawah HPP.

"La Nina akan menyebabkan curah hujan yang sangat tinggi bahkan dapat memicu banjir. Hal ini akan memperbesar risiko kegagalan panen, khususnya bagi petani padi mengingat padi adalah tanaman yang tidak boleh kelebihan air. Di samping itu, serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) akan semakin meningkat karena kelembaban tinggi," kata Agus di Jakarta, Rabu.


Baca juga: Serikat petani dukung penyiapan lahan terlantar untuk cetak sawah

Agus memaparkan bahwa berdasarkan data BPS selama Oktober 2020, rata-rata harga Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani Rp4.815 per kg atau turun 1,56 persen dan di tingkat penggilingan sebesar Rp4.928 per kg atau turun 1,34 persen dibandingkan harga gabah kualitas yang sama pada bulan sebelumnya.

Ia mengkhawatirkan bahwa fenomena La Nina yang terjadi di sejumlah wilayah produsen beras akan mengakibatkan harga gabah semakin anjlok di bawah HPP.

Oleh karena itu, SPI berharap agar pemerintah dapat mengambil beberapa langkah antisipasi seperti penyerapan hasil panen dengan harga yang layak, hingga bantuan kegagalan panen (puso).

Sementara itu, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo sebelumnya memaparkan bahwa terdapat tujuh strategi yang dilakukan untuk mengantisipasi dampak La Nina yang menyebabkan banjir di lahan pertanian.

Ketujuh strategi tersebut, yakni melakukan pemetaan (mapping) wilayah rawan banjir, sesuai dengan tingkat intensitas curah hujan di daerah tersebut.


Baca juga: Serikat Petani deklarasikan Kawasan Daulat Pangan di empat provinsi

Kedua, sistem peringatan dini (early warning system) dengan melakukan pemantauan terhadap laporan cuaca dari BMKG agar dapat diantisipasi oleh jajaran Kementan.

Strategi ketiga membentuk brigade bencana alam yang siaga di setiap provinsi hingga kabupaten. Kemudian, melakukan pompanisasi in and out dari sawah, serta melakukan rehabilitasi jaringan tersier terutama di daerah rawan banjir.

"Kelima, menggunakan benih yang tahan genangan, seperti varietas Inpara 1 sampai 10, Inpari 29, Inpari 30, varietas unggul lokal yang kita miliki," kata Mentan.

Syahrul menambahkan langkah keenam yakni memberikan asuransi usaha tani padi dan bantuan benih gratis bagi petani yang mengalami gagal panen (puso). Ketujuh, Kementan mengoptimalisasi kegiatan pascapanen dengan menggunakan pengering.


Baca juga: Gelar RDP dengan Kementan, DPR kritisi turunnya harga gabah

Baca juga: Antisipasi harga gabah jatuh, Kementan kaji bantuan selisih harga

Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2020