Kuala Lumpur (ANTARA) - Perusahaan sarung tangan ternama Malaysia Top Glove Corporation Bhd mengonfirmasi sebanyak 17 pegawainya dinyatakan positif COVID-19 sejak wabah mulai muncul di Malaysia pada Januari 2020.

Tujuh belas karyawan itu mewakili kurang dari 0,1 persen dari total 21.000 tenaga kerja di Top Glove. 

Dalam pernyataannya kepada media di Kuala Lumpur, Kamis, perusahaan mengatakan para karyawan yang terkena virus corona itu tidak menunjukkan gejala dan kebanyakan dari mereka tidak mengalami demam.

Mereka yang terinfeksi telah dipisahkan setelah tes usap dilakukan pada Senin lalu dan sejak saat itu mereka dirawat di rumah sakit untuk perawatan setelah hasilnya menunjukkan positif.

Petugas disinfektan telah melakukan pembersihan dan sanitasi menyeluruh di pabrik-pabrik yang terkena dampak, juga tempat tinggal, dan kendaraan perusahaan, sesuai dengan pedoman dari kementerian kesehatan, kata perusahaan tersebut.

Pada waktu yang sama, pelacakan kontak sedang dilakukan dan karyawan yang diidentifikasi sebagai kontak dekat dengan karyawan tersebut telah diuji dan dikarantina di rumah sambil menunggu hasil.

Mereka menyatakan tidak ada dampak karyawan yang terinfeksi pada pengoperasian Top Glove.

"Kami ingin menegaskan kembali bahwa keselamatan dan kesejahteraan karyawan dan mitra eksternal sangat penting bagi kami, dan kami telah menerapkan berbagai standar operasi prosedur (SOP) untuk membantu menekan penyebaran virus ini," katanya.

Top Glove adalah produsen sarung tangan karet Malaysia yang juga mengkhususkan diri pada produksi masker wajah, kondom, dan berbagai produk lainnya. 

Perusahaan tersebut memiliki dan mengoperasikan 46 fasilitas manufaktur di Malaysia, Thailand, China, dan Vietnam.

Baca juga: Muhyiddin Yassin bimbang dengan 13 klaster baru COVID-19

Baca juga: Lima sekolah di Kedah Malaysia ditutup karena jadi klaster COVID-19

Baca juga: Klaster baru COVID-19 Malaysia dari petugas keamanan asal Nepal


 

Masker cantik asal Batang yang menembus pasar Malaysia

Pewarta: Agus Setiawan
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2020