Moskow (ANTARA News/RIA Novosti-OANA) - Iran menghitung Rusia masih netral mengenai kemungkinan pengambilan sanksi baru Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) terhadap program nuklir republik Islam itu, kata penjabat tinggi nuklir negara tersebut.

Ali Akbar Salehi, ketua Organisasi Tenaga Atom Iran, mengatakan dalam wawancara yang diterbitkan Selasa oleh surat kabar Rusia, Vremya Novostei, bahwa dukungan Moskow untuk sanksi-sanksi baru itu masih dalam ingatan rakyat Iran.

Amerika Serikat dan negara-negara Barat lain mencurigai Iran mengembangkan senjata nuklir di balik kedok program tenaga nuklirnya untuk kepentingan damai, dan mengupayakan sanksi-sanksi baru setelah Iran melakukan pengayaan 20 persen atas uraniumnya.

"Kami ingin Rusia tetap bersikap netral. Namun mengenai kepemimpinan anda itu akan diputuskan oleh anda sendiri," kata Salehi yang juga wakil presiden Iran.

Rusia secara konsisten mengatakan, sengketa itu harus diselesaikan melalui cara diplomatik, namun juga mengemukakan pernyataan tentang kesediaannya untuk mempertimbangkan sanksi-sanksi itu.

Presiden Dmitry Medvedev mengatakan pekan lalu, bahwa Iran bersikeras akan mendesak Dewan Keamanan PBB untuk meninjau kembali masalah itu.

"Sayangnya, Teheran tidak menanggapi sejumlah usulan kompromi konstruktif dan kami tak bisa menutup mata mengenai hal ini. Meskipun demikian, saya tak mengesampingkan bahwa Dewan Keamanan akan meninjau kembali masalah ini," kata Medvedev pada konferensi pers bersama dengan Presiden AS, Barack Obama, setelah menandatangani perjanjian pengurangan senjata nuklir baru di Praha.

Dia mengatakan kepada ABC News, bahwa sanksi-sanksi itu tak mungkin mencapai sasaran pada sektor energi Iran, atau perdagangan internasionalnya.

Pendapat itu ditegaskan dalam wawancara sebelum kunjungannya saat ini ke Washington, untuk menghadiri konferensi keamanan nuklir, bahwa sanksi-sanksin itu hendaknya bersifat `cerdas` dan tidak menyengsarakan rakyat Iran.

Salehi mengatakan, bahwa Iran telah memiliki empat kilogram uranium yang diperkaya 20 persen.

Dia menambahkan, bahwa pihaknya akan memproduksi uranium yang diperkaya lebih tinggi, meskipun itu sebenarnya tak diperlukan.

"Kami memiliki uranium empat kilogram. Namun sebenarnya kami perlukan 1,5 kilogram per bualn," kata Vremya Novostei mengutip penjabat itu mengatakan.

"Kami bisa memperkaya uranium pada peringkat apapun. Namun kami sebenarnya tidak memerlukannya. Tetapi, secara teknologi kami seluruhnya bisa."

Iran memerlukan bahan bakar untuk reaktor risetnya di Teheran, namun menolak mengirimkan uraniumnya hasil pengayaan rendah ke Rusia dan Prancis berdasarkan kesepakatan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA), yang didukung oleh enam negara kuat besar yang berunding dengan Iran mengenai persoalan nuklir.

Wakil presiden itu mengatakan, Iran tidak menolak kesepakatan, namun hanya meminta jaminan bahwa uraniumnya itu tidak akan hilang. Dalam hal ini, dia mengatakan, Prancis telah menahan 50 ton uranium Iran sejak Revolusi Islam 1979.

"Mungkin kami berikan semua uranium kami. Tapi mana jaminan yang mereka berikan kepada kami, apa itu dijanjikan. Mengapa tidak segera memberikan kepada kami 100 kilogram uranium hasil pengayaan tinggi,?" kata Salehi.

"Mengapa kami harus menunggu sampai setahun, seperti yang mereka usulkan,?" gugatnya.

Dia menambahkan, bahwa Iran berharap reaktor Bushehr yang dibangun Rusia akan mulai bekerja dalam beberapa bulan mendatang, seperti yang direncanakan.

Dia juga menegaskan, bahwa proyek itu di luar cakupan resolusi PBB. Dia juga menegaskan, bahwa Iran akan membangun 20 reaktor lagi pada 20 tahun mendatang.

(Uu.H-AK/R009)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010