Untuk itu, tentu saja konsumsi perlu terus dioptimalkan. Namun hal tersebut tidak menjadi jaminan dari penakar resesi. Mengingat permasalahan utama tetap ada pada penanganan kasus COVID-19 di Indonesia
Jakarta (ANTARA) - Peneliti Center for Indonesian Policy Studies Pingkan Audrine Kosijungan menyatakan penting untuk menyinergikan kebijakan yang meningkatkan tingkat konsumsi dengan penanganan pandemi dalam rangka menggenjot pertumbuhan ekonomi.

"Pemerintah perlu memperkuat sinergi antara upaya peningkatan konsumsi dan penanganan kasus COVID-19 untuk genjot pertumbuhan ekonomi di 2021," kata Pingkan Audrine Kosijungan dalam siaran pers, di Jakarta, Sabtu.

Apalagi, ia mengingatkan bahwa BPS telah mengonfirmasi bahwa Indonesia telah memasuki resesi, di mana pada kuartal III-2020, perekonomian mengalami kontraksi minus 3,49 persen YoY.

Pingkan menyatakan, melihat perkembangan perekonomian saat ini memang konsumsi perlu terus digerakkan setidaknya untuk meminimalisasi dampak dari peluang resesi yang ada.

Salah satu stimulusnya, menurut dia, adalah dengan memberikan bantuan langsung tunai (BLT) kepada kelompok masyarakat yang tergolong rentan.

"Jika melihat data jumlah penduduk miskin secara bulanan, angkanya naik dari 25,1 juta menjadi 26,4 juta pada Maret 2020 yang lalu," ucapnya.

Selain itu, ia juga menegaskan pentingnya untuk terus melakukan upaya untuk menahan laju pertambahan pasien positif COVID-19.

Pingkan menuturkan, seperti yang disampaikan oleh Presiden beberapa waktu lalu, perekonomian Indonesia ditargetkan dapat kembali tumbuh ke kisaran 4,5 persen hingga 5,5 persen pada 2021.

"Untuk itu, tentu saja konsumsi perlu terus dioptimalkan. Namun hal tersebut tidak menjadi jaminan dari penakar resesi. Mengingat permasalahan utama tetap ada pada penanganan kasus COVID-19 di Indonesia," katanya.

Sebelumnya, Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Luky Alfriman menyatakan belanja pemerintah, yang meningkat tinggi, menjadi motor penggerak ekonomi di tengah krisis pandemi COVID-19.

"Motor penggerak perekonomian saat ini adalah dari belanja pemerintah," katanya dalam virtual launching Green Sukuk Ritel Seri ST007 di Jakarta, Rabu (4/11).

Luky mengatakan hal itu terjadi karena sektor penggerak ekonomi lainnya mengalami pukulan sangat berat dari dampak pandemi seperti konsumsi rumah tangga, pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi, ekspor, dan impor.

Ia menjelaskan konsumsi pemerintah melambung tinggi karena direalisasikan melalui berbagai bantuan dan insentif yang diberikan kepada masyarakat terdampak pandemi.

Baca juga: Anggota DPR: Percepat penyerapan APBN dongkrak pertumbuhan ekonomi

Baca juga: Bappenas optimis ekonomi kuartal IV 2020 bakal tumbuh 5 persen

Baca juga: Indonesia resesi, Indef sarankan pemerintah rombak stimulus PEN

Baca juga: CORE minta eksekusi belanja dilanjutkan untuk dongkrak kuartal IV

 

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2020