Yogyakarta (ANTARA) - Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta terus berusaha mengenalkan budaya warisan leluhur pada kaum muda, antara lain dengan menyelenggarakan Gelar Macapat untuk menumbuhkan kecintaan generasi milenial pada kesenian tradisional.

"Karena ditujukan untuk menumbuhkan kecintaan generasi milenial terhadap macapat, maka Gelar Macapat tahun ini diikuti siswa usia SMP hingga SMA di Kota Yogyakarta," kata Kepala Bidang Sejarah dan Bahasa Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarat Dwi Hana Cahya Sumpena di Yogyakarta, Senin.

Dinas memastikan protokol kesehatan diterapkan dalam Gelar Macapat yang diselenggarakan mulai Senin hingga Rabu (11/11) di Ndalem Ngabean Kecamatan Kraton.

Dwi menjelaskan, Gelar Macapat dikemas lebih ringan tanpa meninggalkan pakem yang berlaku agar lebih mudah diterima dan dicerna oleh peserta.

Acara tersebut menghadirkan penembang macapat yang dinilai mampu meramu dan menyajikan sastra macapat dalam kemasan musik kekinian, yaitu Paksi Raras Alit.

Selain itu, hadir juga praktisi macapat Slamet Nugrogo dan Maryono serta kelompok Pagu Sekar sebagai seniman pengiring tembang-tembang macapat.

Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta Yetti Martati menyebut seni sastra tembang macapat sejatinya menggambarkan perjalanan hidup manusia sejak di alam ruh, dilahirkan, tumbuh, hingga meninggal dunia.

"Artinya, tembang-tembang macapat ini memiliki makna yang sangat dalam mengenai bagaimana manusia itu menjalani dan memaknai arti kehidupannya," katanya.

Yetti mengemukakan, tembang-tembang macapat sangat penting untuk dikenalkan dan diajarkan kepada generasi milenial agar mereka memiliki pemahaman mengenai kehidupan.

"Tentunya, ada banyak pelajaran hidup yang bisa dipetik. Pembelajaran untuk saling menghargai, menumbuhkan rasa peka, dan cinta. Karya-karya tradisional ini tetap harus dilestarikan dan hanya kepada generasi milenial kami bisa berharap," katanya.

Baca juga:
KBRI Seoul promosi E-Macapat dan E-Gamelan di Seoul
Presiden ingin "embang macapat diajarkan kepada anak-anak


Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2020