kalau ada bunyi kentongan, wah itu RT sama RW lagi mengedukasi warga soal 3M. Jadi ada pertandanya
Jakarta (ANTARA) - Warga Kelurahan Keagungan rukun warga (RW) 07 dan RW 08, Tamansari, Jakarta Barat pada Jumat (7/11) malam dikejutkan dengan ramainya bunyi-bunyian yang berasal dari kentongan.

Bunyi-bunyian itu terdengar tak asing, namun tidak seperti biasanya. Warga di sekitar wilayah tersebut mencari sumber suara tersebut.

Rupanya, para pengurus rukun tetangga (RT) dan RW, beserta anggota Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), anggota Polisi dan TNI yang tergabung dalam Satuan Tugas COVID-19 berjalan berkeliling sambil membunyikan kentongan, seperti halnya ronda pada sistem keamanan lingkungan (Siskamling).

Namun, ronda tersebut lain daripada biasanya, karena para pengurus RT dan RW membawa umbul-umbul sambil mengkampanyekan protokol kesehatan (prokes) 3M yakni mencuci tangan dengan sabun, memakai masker dan menjaga jarak.

Mereka juga memberi sanksi pada para pelanggar prokes untuk ”push-up” serta sanksi sosial membersihkan jalanan. Selain itu, Satgas tersebut juga membubarkan kerumunan warga yang masih nongkrong di malam hari.

Para pelanggar itu dibuat jera jika lalai dengan protokol kesehatan, di saat Jakarta masih bergulat menangani pandemi COVID-19.

Kampanye 3M
Pemerintah terus menggencarkan kampanye 3M secara masif melalui berbagai cara untuk mempengaruhi masyarakat berperilaku hidup bersih sehat di masa pandemi COVID-19.

Kampanye yang dilakukan mulai dari imbauan secara langsung, ataupun menggunakan media digital seperti media sosial, media massa tentang adaptasi kebiasaan baru, hingga pemberlakuan hukuman bagi pelanggar protokol kesehatan.
 
Wali Kota Jakarta Barat Uus Kuswanto ditemui usai rapat evaluasi PSBB dan protokol kesehatan di Kantor Wali Kota Jakarta Barat, Kamis (1/10/2020). (ANTARA/Devi Nindy)

Baca juga: Jakarta Barat klaim kasus positif turun berkat ronda keliling COVID-19

Upaya pencegahan COVID-19 juga masif dilakukan oleh Pemerintah Provinsi DKI sebagai provinsi dengan laju penularan virus corona yang cukup tinggi.

Semisal, dengan rutin menggelar Operasi Yustisi tertib bermasker untuk para pengendara bersama jajaran tiga pilar Pemprov serta TNI-Polri, serta melakukan pengawasan terhadap tempat usaha dan perusahaan yang melebihi kapasitas orang yang dibatasi maksimal 50 persen.

Sedikit berbeda dengan wilayah lainnya, Jakarta Barat mengkampanyekan 3M dengan ronda keliling COVID-19, memanfaatkan Gugus Tugas tingkat RW yang menyasar ke kawasan permukiman warga.

Uniknya, ronda COVID-19 dilakukan membunyikan alat peringatan berupa kentongan, yang lazim digunakan zaman dulu agar menarik perhatian warga atas bahaya yang berlangsung.

Kegiatan tersebut semakin gencar dilakukan di wilayah dengan tingkat penularan cukup tinggi dan padat penduduk misalnya Kecamatan Kalideres, Cengkareng, Tamansari dan Tambora.

Agar ronda COVID-19 efektif, Gugus Tugas juga menggandeng para pengurus RT dan RW, serta ibu rumah tangga yang tergabung dalam kader Dasawisma dan juru pemantau jentik (Jumantik) dalam menyosialisasikan gerakan 3M mulai dari lingkungan tetangga, pasar, hingga kawasan berkumpul para warga.

Warisan
Ronda merupakan warisan yang telah ada sejak masa penjajahan kolonial Belanda, yang berfungsi sebagai perpanjangan tangan kekuasaan pemerintahan kolonial.

Kegiatan ronda terus berlangsung melewati zaman pendudukan Jepang, kemudian masuk dalam agenda Siskamling yang dibentuk di era pemerintahan Presiden Soeharto.

Baca juga: Kepatuhan warga Jakbar terhadap prokes meningkat saat PSBB Transisi

Biasanya, kegiatan tersebut dilakukan sejumlah warga secara bergiliran di sebuah kawasan permukiman untuk menjaga keamanan lingkungan.

Di masa kini, pelaksanaan ronda sudah mulai terlupakan. Kegiatan pengawasan lingkungan dilakukan oleh satuan pengamanan (Satpam) atau tergantikan dengan pemantauan kamera pengintai CCTV.

Namun kegiatan ronda kembali dihadirkan oleh Pemerintah Kota Jakarta Barat, dalam menanggapi adanya ancaman nyata pada masyarakatnya yakni penyebaran penyakit COVID-19.

Tradisi lama tersebut sengaja dihadirkan kembali untuk meningkatkan kewaspadaan, serta mengedukasi masyarakat terkait masifnya penyebaran virus corona dan kampanye 3M.

“Ini sebagai sebuah langkah ‘treatment’ pada masyarakat untuk ikut mencegah penularan COVID-19 dengan cara yang sederhana, unik, dan masyarakat sudah kenal dan mengerti yakni dengan ronda COVID-19 pakai kentongan supaya ada daya tarik,” ujar Wakil Wali Kota Jakarta Barat Yani Wahyu Purwoko.

Yani menilai ronda dengan membunyikan kentongan sudah tidak asing lagi dengan masyarakat. Sehingga diharapkan pesan tentang perubahan perilaku masyarakat memakai masker, mencuci tangan dengan sabun dan menjaga jarak cepat terserap.

“Jadi kalau ada bunyi kentongan, wah itu RT sama RW lagi mengedukasi warga soal 3M. Jadi ada pertandanya,” ujar Yani.

Pengawasan
Ronda COVID-19 di Jakarta Barat yang dilaksanakan sejak September 2020 juga memiliki fungsi pengawasan kepada kepatuhan warga untuk bermasker, sebab kegiatan tersebut serupa dengan kegiatan Siskamling di siang hari.

Pemkot Jakarta Barat melaksanakan ronda COVID-19 yang telah dilakukan aparat tiga pilar (Satuan Polisi Pamong Praja, Polri dan TNI) agar membuat warga tidak nyaman jika tak menggunakan masker di luar rumah.

Baca juga: Satgas COVID-19 khusus perusahaan Jakbar sidak 8 lokasi tiap hari

Aparat tersebut juga memastikan para warga menggunakan masker dengan tepat, serta tidak sembarang melepasnya di ruang publik.

Selain itu, ronda COVID-19 dilakukan untuk pengawasan bersama petugas kesehatan setempat, memantau warganya yang sempat pulang kampung ke daerah dengan potensi penularan virus yang tinggi.

Pengawasan dari aparat tiga pilar tersebut diharapkan membuat warga selalu patuh pada protokol kesehatan.

Intervensi aparat dalam mengendalikan COVID-19 dinilai juga punya manfaat meminimalisir tindak perilaku kriminal masyarakat di siang maupun malam hari.

Pemkot Jakarta Barat meyakini ronda COVID-19 dapat membuat warga sadar akan adanya ancaman virus corona, sebagaimana sadar akan adanya ancaman tindak kejahatan di lingkungannya.

“Ronda COVID-19 artinya, yuk kita usir COVID-19 dengan cara 3M, kalau dulu kan untuk mengusir kejahatan dengan ronda. Misal ada yang berbuat jahat dan dibunyikan kentongan niat jahatnya berubah,” ujar Yani.

Hal ini secara tidak langsung bermakna dengan ronda COVID-19 maka diharapkan penyebaran pandemi itu juga tidak ada di lingkungan masyarakat.

"Jangan sampai ada COVID-19, yuk kita pakai masker untuk kita cegah,” ujar Yani melanjutkan.

Pengendalian
Sejak kepemimpinan Wali Kota Jakarta Barat Uus Kuswanto pada September 2020, pengendalian laju penularan COVID-19 terus menerus diintervensi dengan ronda tersebut.

Pemkot Jakbar pun mengklaim kasus positif menurun berkat adanya ronda keliling COVID-19, meski grafik keseluruhan kasus positif COVID-19 di wilayahnya masih fluktuatif.
 
(ANTARA/HO-Polres Metro Jakarta Barat)

Baca juga: Tingkat kesembuhan COVID-19 di Jakarta 90,9 persen pada Minggu

“Beberapa hari belakangan memang sudah ada penurunan secara signifikan. Awalnya sekitar di atas 150 sampai lebih dari 200 kasus, sekarang sudah turun jadi di bawah 100 kasus per hari,” ujar Yani.

Dia mencontohkan adanya penurunan kasus harian COVID-19 dari data pada 17-19 Oktober 2020 yang didapat dari Puskesmas di seluruh wilayah Jakarta Barat sejak berlangsungnya ronda COVID-19.

Pada 17 Oktober, kasus harian COVID-19 meningkat hingga 199 pasien, kemudian disusul peningkatan kasus sebanyak 68 pasien, kemudian pada 19 Oktober hanya 37 kasus se-Jakarta Barat.

Yani mengatakan ronda COVID-19 yang dilakukan jajaran pemerintahannya memberdayakan Gugus Tugas COVID-19 tingkat RT dan RW agar pesan kampanye 3M lebih mengena pada warga.

“Selain melakukan perbantuan dengan pasien terkonfirmasi, isolasi wilayah, tugas RW juga melakukan aksi ronda. Tiap kebijakan di Pemkot Jakbar tetap kita laporkan ke pimpinan, karena ini ide Wali Kota Jakarta Barat dan saya waktu itu jadi pelaksana harian bersama jajaran,” kata Yani.

Pada akhirnya, keberhasilan ronda COVID-19 menekan angka peningkatan penularan virus corona di Jakarta Barat hanya bisa terwujud bila seluruh elemen masyarakat bersatu dan menaati protokol kesehatan.

Semoga hal tersebut menjadi contoh bagi wilayah di Indonesia lainnya yang tengah berupaya menekan angka penularan serta kematian akibat COVID-19.
 

Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2020