Jakarta (ANTARA) - Para pemain top dunia mengaku merasa agak gugup dan kaku, tetapi bersemangat, ketika tenis meja internasional kembali bergulir di China pekan ini setelah kosong selama delapan bulan karena pandemi virus corona.

Kejuaraan tenis meja Piala Dunia Putri dimulai tanpa kehadiran penonton di kota pesisir timur Weihai, Minggu (8/11) dengan 21 pemain dari seluruh dunia ambil bagian selama tiga hari. Selain turnamen itu akan ada dua event Federasi Tenis Meja Internasional (ITTF) lainnya di China daratan.

Turnamen bergengsi ini menjadi lebih penting karena pandemi telah berdampak buruk pada semua olahraga, dan China tampaknya membuat pengecualian yang jarang terjadi setelah pada Juli lalu negara itu tidak akan menjadi tuan rumah sebagian besar kejuaraan olahraga internasional selama 2020 ini.

Event ini juga merupakan kesempatan penting bagi para pemain tenis meja untuk membangun kembali daya saing mereka dan meraih poin peringkat dunia saat mereka menatap Olimpiade Tokyo yang tertunda musim panas mendatang.

Baca juga: Piala dunia tenis meja bergeser ke China setelah restart
Baca juga: Qatar pinjamkan 2.000 bola ping pong kepada timnas China


"Sebelum pertandingan kami bercanda jika seseorang tidak akan bisa melakukan pukulan servis karena semuanya sangat gugup," kata Lily Zhang petenis meja Amerika Serikat berusia 24 tahun, yang dikalahkan oleh Margaryta Pesotska dari Ukraina dalam partai pembuka.

"Jelas tidak menyenangkan ketika saya kalah, tapi sisi baiknya, sungguh menakjubkan bahwa saya bisa berada di sini dan berpartisipasi dalam turnamen ini.

"Saya berpikir kami semua telah absen dari pertandingan tahun ini, (tidak ada) kompetisi internasional sejak Maret, jadi kami sedikit gugup, sedikit kaku." kata Lily Zhang seperti dikutip AFP, Senin.

Seperti banyak olahraga lain yang telah kembali selama pandemi, para pemain, pelatih, dan ofisial ditempatkan dalam "gelembung" bio-secure untuk mencegah penularan. Mereka juga harus dikarantina setelah mendarat di China.

ITTF, badan pengatur olahraga tenis meja dunia, mengatakan pada September bahwa para pemain akan dilarang menghirup bola dan tidak akan ada jabat tangan setelah pertandingan.

Petenis nomor 19 dunia asal Puerto Rico Adriana Diaz mengatakan bahwa dia merasa "sangat beruntung berada di sini dan menikmati momen".

Baca juga: Corona paksa China mundur dari kejuaraan badminton beregu Asia
Baca juga: Batal ke China, Zohri fokus latihan internal


"Agak aneh, mengalami saat-saat gugup sebelum pertandingan dimulai, dan saya perlu belajar bagaimana membiasakan lagi," kata pemain berusia 20 tahun itu.

"Sulit untuk tidak bermain tenis meja dalam waktu yang lama. Sangat menyedihkan bahwa Olimpiade Tokyo ditunda.

"Saya hanya ingin bermain lebih baik dan menantikan Tokyo 2021."

Grand Prix Formula 1 Shanghai, serta turnamen golf dan tenis terkemuka dibatalkan di China setelah pengumuman pemerintah awal tahun ini.

Namun, negara tempat virus corona pertama muncul akhir tahun lalu itu telah melihat jumlah infeksi lokal anjlok sejak penutupan nasional pada Februari.

China, kekuatan dominan di tenis meja, juga akan menjadi tuan rumah Piala Dunia Putra akhir pekan ini, juga di Weihai, disusul dengan turnamen ITTF Finals di Zhengzhou, 19-22 November.

Liu Guoliang, Presiden Asosiasi Tenis Meja China yang juga mantan juara dunia dan Olimpiade, menyebut hal ini sebagai "momen penting".

"Setelah berbulan-bulan tidak ada acara internasional untuk para atlet, penggemar, dan seluruh komunitas, inilah saatnya kami kembali ke panggung global," katanya.

Piala Dunia Putri semula dijadwalkan berlangsung di Thailand dan putra di Jerman.

Baca juga: Kejuaraan Asia Atletik di China dibatalkan akibat wabah virus corona
Baca juga: Formula 1 batalkan Grand Prix China menyusul wabah virus corona
Baca juga: Formula E tangguhkan balapan di Meksiko dan China tahun depan

 

Pewarta: Teguh Handoko
Editor: Bayu Kuncahyo
Copyright © ANTARA 2020