Banyumas (ANTARA) - Pelaku seni di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, mengusulkan kepada pemerintah untuk memberikan gelar pahlawan nasional kepada Ali Sastroamidjojo karena merupakan seorang diplomat dan politikus ulung yang peduli terhadap kebudayaan.

"Kebetulan hari ini adalah Hari Pahlawan dan harinya Selasa Kliwon atau Anggoro Kasih. Banyumas juga punya tokoh nasional yang lahir saat Anggoro Kasih, yaitu Raden Anggoro Kasih (Raden Angka Prodjosoedirdjo, red.) atau yang dikenal dengan nama dokter Angka," kata Ketua Yayasan Dhalang Nawan Bambang Barata Aji di Banyumas, Selasa malam.

Bambang mengatakan hal itu kepada ANTARA di sela peringatan Hari Pahlawan di rumah almarhum Ki Dalang Nawan, Desa Karangnangka, Kecamatan Kedungbanteng, Banyumas, yang diisi dengan latihan gamelan bersama anak-anak.

Menurut dia, pihaknya yang hidup dari seni dan budaya pada hari yang baik ini mempunyai pemikiran untuk mengusulkan seorang tokoh nasional, yakni Ali Sastroamidjojo mendapatkan gelar pahlawan nasional.

Baca juga: Belitung tetap perjuangan H AS Hanandjoeddin menjadi pahlawan nasional

Baca juga: Wali Kota Bogor: Bangsa butuhkan pahlawan pemersatu


"Pak Sastroamidjojo merupakan mantan Menteri Luar Negeri, mantan Perdana Menteri, tokoh yang menentukan di balik terselenggaranya Konferensi Asia Afrika, sekaligus mantan Ketua Partai Nasional Indonesia," katanya menjelaskan.

Ia mengatakan usulan tersebut bukan tanpa alasan karena sosok Ali Sastroamidjojo merupakan seorang diplomat dan politikus ulung yang memiliki perhatian cukup besar terhadap kebudayaan.

Bahkan, kata dia, sosok Ali Sastroamidjojo menggunakan pendekatan budaya saat membuka Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Amerika Serikat untuk pertama kalinya pada tahun 1951.

"Konon gedung KBRI di Amerika Serikat sebelumnya merupakan rumah angker. Pak Ali selanjutnya melakukan pendekatan kebudayaan dengan membawa berbagai seni budaya asli Indonesia guna menghilangkan kesan angker gedung tersebut," katanya.

Di sisi lain, kata dia, Ali Sastroamidjojo juga memberi apresiasi kepada Banyumas dengan memberi "hadiah" sebagai tuan rumah penyelenggaraan Kongres Persatuan PNI pada tahun 1963.

Menurut dia, penunjukan tersebut dilakukan karena PNI di Banyumas berhasil mengumpulkan perolehan suara terbanyak, yakni mencapai 54 persen pada Pemilu 1955 yang diikuti banyak partai politik.

"Pak Ali juga pernah datang ke sini, ke rumah ini, rumah Bapak saya. Kebetulan Bapak saya selain seorang dalang, juga pendiri PNI di Banyumas dan Ketua PNI Ranting Kedungbanteng," katanya menjelaskan.

Terkait dengan peringatan Hari Pahlawan, Bambang mengatakan sama seperti peringatan hari nasional lainnya, pihaknya memperingatinya dengan cara tersendiri.

"Seperti latihan gamelan bagi anak-anak ini sebenarnya rutin dilaksanakan setiap Selasa malam dan Jumat malam. Namun, kali ini dikhususkan untuk memperingati Hari Pahlawan," kata dia yang juga Koordinator Wilayah Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) Banyumas.

Ia mengatakan melalui kegiatan tersebut, pihaknya menyampaikan pesan kepada anak-anak untuk mengambil hikmah dari Hari Pahlawan, yakni semangat untuk memberi kontribusi kepada bangsa dan negara Indonesia.

"Oleh karena kami punya kebisaan di bidang seni, maka kami tampilkan itu," katanya.

Salah seorang peserta latihan gamelan, Sadya Nagara mengatakan perjuangan seorang pahlawan tidak harus melalui perang tetapi bisa dengan cara lain seperti mengembangkan seni budaya.

Ia mengharapkan ke depan akan muncul pahlawan-pahlawan seni budaya yang dapat mengangkat kebudayaan asli Indonesia agar tidak terkalahkan oleh budaya asing.

"Oleh karena itu, saya mengajak teman-teman untuk ikut melestarikan budaya asli Indonesia agar tidak tergeser oleh budaya asing," kata siswa kelas 7 SMP Negeri 4 Purwokerto itu.

Peserta latihan lainnya, Anindita Trivia Marhaenisa mengatakan pahlawan adalah orang yang berjuang untuk kepentingan orang banyak, bukan untuk diri sendiri.

Menurut dia, orang yang melestarikan budaya asli Indonesia dapat disebut sebagai pahlawan kebudayaan.

Terkait dengan hal itu, dia mengajak generasi muda untuk mencintai dan melestarikan serta mengembangkan seni budaya asli Indonesia agar tetap lestari sepanjang masa.

"Kalau bukan kita, siapa lagi yang akan melestarikan budaya asli Indonesia," kata siswi kelas 9 SMP Nasional 3 Bahasa Putera Harapan atau SMP Pu Hua Purwokerto itu.*

Baca juga: Mengenang tiga pahlawan nasional dari Provinsi Kepri

Baca juga: Polisi lalu lintas peringati hari pahlawan bagikan 1.800 masker

Pewarta: Sumarwoto
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020