BRI mampu mencatat pertumbuhan kredit dan simpanan yang positif dan lebih baik dari industri perbankan nasional
Jakarta (ANTARA) - Bank BRI mencatat realisasi penyaluran kredit secara konsolidasi hingga triwulan III 2020 mencapai Rp935,35 triliun atau tumbuh 4,86 persen dibandingkan periode sama tahun lalu, yang mencapai Rp891,97 triliun, di tengah lesunya permintaan karena pandemi COVID-19.

"BRI mampu mencatat pertumbuhan kredit dan simpanan yang positif dan lebih baik dari industri perbankan nasional," kata Direktur Utama BRI Sunarso dalam pemaparan kinerja triwulan III 2020 secara virtual di Jakarta, Rabu.

Baca juga: Dukung PEN, BRI telah salurkan KUR Super Mikro Rp5,2 triliun

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pertumbuhan penyaluran kredit industri perbankan mencapai 0,12 persen per September 2020.

Menurut dia, pihaknya melakukan strategi business follows stimulus atau bisnis mengikuti stimulus yang digelontorkan pemerintah sehingga dapat mendorong daya beli atau permintaan masyarakat.

Caranya, lanjut dia, dengan mengerahkan sumber daya BRI untuk fokus membantu penyaluran berbagai stimulus pemerintah kepada masyarakat sehingga mengungkit permintaan terhadap kredit.

Adapun fokus penyaluran kredit, kata dia, diarahkan kepada kredit dengan skema penjaminan di antaranya kredit usaha rakyat (KUR), KUR supermikro, dan kredit modal kerja.

Sunarso menjelaskan strategi itu juga sekaligus akan memberikan sinyal kepada investor untuk tetap berinvestasi di BRI.

"Dengan mekanisme itu, kita tunjukkan sinyal bahwa kami tidak ngawur, kami sangat hati-hati mengikuti kebijakan makro dan hati-hati dalam pengelolaan risiko dengan pencadangan," katanya.

Dari total penyaluran kredit, pendukung utama dari segmen mikro mencapai Rp328,7 triliun atau naik 8,91 persen dibandingkan periode sama tahun lalu, kemudian ritel dan menengah Rp283,02 triliun atau naik 9,93 persen.

Selanjutnya, segmen UMKM mencapai Rp754,33 triliun atau naik 8,28 persen jika dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar RpRp696,63 triliun.

Komposisi kredit kategori UMKM tumbuh signifikan dari semula porsinya 78,1 persen pada triwulan III 2019 menjadi 80,65 persen pada kuartal III 2020 terhadap total realisasi kredit.

"Ini merupakan milestone perseroan di mana untuk pertama kalinya BRI mampu mencapai porsi kredit UMKM 80,65 persen, cita-cita 80 persen porsi kredit UMKM tercapai akhir 2022. Ini hasil melakukan refocusing kepada segmen UMKM," imbuhnya.

Sedangkan, rasio kredit bermasalah (NPL) mencapai 3,12 persen dan dana pihak ketiga (DPK) mencapai Rp1.131,93 triliun atau naik 18 persen dari Rp959,24 triliun, yang didominasi dana murah (CASA) sebesar 59,02 persen dengan nominal mencapai Rp668,1 triliun.

Untuk loan to deposit ratio (LDR) tercatat sebesar 82,63 persen dan rasio permodalan (CAR) mencapai 20,92 persen yang menunjukkan likuiditas bank BUMN ini masih bisa tumbuh dan ia menyebut tidak ada masalah dalam modal.

Sementara itu, BRI mencatat laba konsolidasi hingga akhir September 2020 mencapai Rp14,15 triliun dan aset konsolidasi Rp1.447,85 triliun.

"Dalam situasi ini, kita kejar laba atau selamat dulu? Saya memilih mencari selamat dulu artinya kita harus sediakan cadangan apabila sewaktu-waktu terjadi pemburukan. Pilihan kita laba tetap positif tapi tidak sebesar tahun lalu," imbuhnya.

Baca juga: Akselerasi digital, BRI alokasikan capex hingga 4 persen pendapatan
Baca juga: BRI berdayakan ekonomi masyarakat Banyumas melalui budi daya durian


Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2020